Romo Anthonius lantas menceritakan awal mula meneruskan studi S3 di UIN Sunan Kalijaga termasuk pengalamanya selama kuliah di Universitas Islam Negeri tersebut.
Di ceritakanya awalnya ragu ketika akan melanjutkan studinya di UIN Sunan Kalijaga yang notabenya adalah universitas Islam. Sementara dirinya adalah seorang Romo Katolik.
"Awalnya saya ragu ya, bahwa saya orang Katolik, meskipun di Makassar, di Toraja, di Sulawesi saya biasa bergaul dengan teman-teman Muslim, setelah saya menjadi romo kan statusnya agak beda. Saya harus masuk di universitas Islam, bagaimana situasi di sana, ragu awalnya," tutur dia.
Namun, keraguan itu pun seketika luntur. Sebab, selama studi di UIN tidak pernah membeda-bedakan dan menanyakan agama seseorang.
"Tapi, setelah di UIN, meskipun sekolah agama, tetapi tidak pernah itu dikatakan agama mu apa, kamu di sana, kamu di situ. Jadi, semua orang welcome, termasuk juga para dosenya, termasuk teman kelas saya," ujar dia.
Romo Anthonius mengungkapkan, teman kelasnya yang beragama Islam sangat welcome. Bahkan, selalu terbuka memberikan bantuan.
"Termasuk teman kelas saya Khotijah, dia jadi ketua kelas kami selama di sini, sangat welcome dan kalau kita membutuhkan sesuatu sangat terbuka," ucap dia.
Menurut Romo Anthonius, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dikelola dengan profesional. Artinya, melihat semuanya sebagai mahasiswa tanpa membeda-bedakan.
"Meskipun berlabel Islam, tetapi kami yang bukan Islam itu diterima sangat baik, tidak ada bedanya dengan teman-teman yang Islam di sana," ungkap dia.
Para staff di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lanjut Romo Anthonius, juga tidak pernah membedakan dalam memberikan pelayanan. Semua dilayani dengan sangat baik.
"Karyawan, para staff di sana (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) juga sangat welcome," urai dia.
Baca juga: Romo Asal Flores Serahkan Lipa Prenggi Sikka dan Topi Songke Manggarai untuk Paus Fransiskus
Romo Anthonius kemudian menceritakan pengalamanya setiap kali kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di hari Jumat.
"Waktu saya masih kuliah hari Jumat, kita mau kembali ke rumah kan rugi, hari Jumat kan semua gerbang ditutup kemudian shalat Jumat. Kelihatan kan mana yang tidak shalat, apalagi kita laki-laki. Ketika melihat kita, oh berati bukan Muslim, kita tidak merasa diadili di sana, kita tidak merasa diintimidasi. Jadi sangat profesional, sungguh menggunakan lembaga pendidikan untuk mengembangkan ilmu," ujar dia.