UNGARAN, KOMPAS.com - Erangan sapi terdengar dari kandang yang berada di Dusun Ngayon, Desa Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sapi-sapi tersebut terlihat seperti menyambut Sertu Agus Wijayanto yang hendak memberi pakan.
Memberi pakan sapi sudah menjadi tugas harian bagi Babinsa Desa Reksosari tersebut. Setidaknya, dua kali dalam sehari, Sertu Agus harus harus mencari rumput, memberi pakan, dan menyediakan berbagai kebutuhan untuk sapi.
Baca juga: Guru Ngaji di Garut Ceritakan Kisah Nabi Luth Sebelum Cabuli Belasan Muridnya
Agus mulai beternak sapi lima tahun lalu dan berawal dari satu ekor. Saat ini selain penggemukan, dia juga mulai menjalankan sistem breeding.
"Ini untuk belajar juga, dari awal anakan hingga besar penggemukan. Kalau yang pembesaran atau penggemukan sudan jalan," jelasnya, Selasa (6/6/2023).
Menurut Agus, dirinya tak malu mencari rumput hingga ngombor sapi, karena tujuan awalnya memang memberi motivasi pemuda di kampungnya.
"Dulu di sini masih banyak anak muda yang menganggur, tidak mau bertani atau beternak. Saya selaku anggota TNI selain memotivasi dengan kata, juga harus mencontohkan secara langsung, agar mereka turut tergerak hatinya," ungkapnya.
"Setelah saya mencari rumput dan memelihara sapi, orangtua pemuda itu banyak yang berkata 'Agus sing tentara wae golek suket, ayo do kerjo (Agus yang tentara saja mau cari rumput, ayo pada kerja), sehingga pemuda termotivasi," kata Agus.
Menurut Agus, sapi yang dipeliharanya banyak dibeli orang jelang Hari Raya Idul Adha. Kisaran harganya antara Rp 20 juta hingga Rp 25 juta, tergantung ukuran.
"Ini sudah ada yang laku Rp 24 juta, tapi masih dititipkan di sini. Nanti diambil mendekati waktu penyembelihan," ungkapnya.
Dia mengaku tak pernah mempromosikan sapi miliknya.
"Orang-orang pada tahu karena diberitahu temannya, istilahnya ya mulut ke mulut, promosi tradisional," ungkap Agus.
Menurutnya, bisnis sapi memang menguntungkan. Tapi dia menyatakan tak akan meninggalkan tugasnya sebagai anggota TNI.
"TNI tetap yang utama. Kalau sapi ini sampingan. Kalau pas ada tugas dari pimpinan atau apel, dan saya tidak bisa memberi pakan, maka minta tolong kepada saudara," katanya.
Agus mengatakan, sapi yang dijual berumur 2,5 tahun atau sudah masuk kategori poel sehingga layak disembelih menjadi hewan kurban.
"Kalau yang untuk penggemukan, saya beli modal kisaran Rp 12 juta, lalu dipelihara hingga layak sembelih. Butuh waktu sekira satu tahun lebih. Ukuran dan kesehatannya terjamin karena saya sendiri yang memelihara," katanya.
Seorang calon pembeli sapi, Jumadi mengungkapkan sudah beberapa kali membeli sapi di tempat Agus tersebut.
"Kalau dibanding harga di pasar, memang lebih murah disini, ada selisihnya," ungkapnya.
Dia biasa mencari sapi satu bulan sebelum Idul Adha agar tak kehabisan stok. "Kalau mepet-mepet pilihan semakin sedikit dan harga pasti tinggi, makanya cari lebih awal agar bisa memilih sapi sesuai kebutuhan," kata Jumadi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.