BANDUNG, KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Politik Universtias Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan mengatakan, peluang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut serta dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta sangat terbuka.
"Saya pikir masih sangat berpeluang. Karena dulu juga Jokowi, Anies kan pendatang baru istilahnya. Menang tidaknya banyak faktor, tapi patut diperhitungkan dalam kontestasi DKI termasuk hasil survei bagian dari ekspresi publik kan," kata Cecep saat dihubungi Kompas.com lewat telepon, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Unggul di Bursa Cawapres Survei Populi Center, Ridwan Kamil: Pilgub DKI atau Jabar Paling Pas
Namun, kata Cecep, gaya pemimpin DKI Jakarta harus serba cepat karena representasi kepentingan nasional. Meski secara luas wilayah lebih kecil dari Jabar, DKI punya masalah yang lebih kompleks.
"Kalau lari speed-nya harus beda. Jabar mungkin bisa gigi 2 gigi 3, kalau di DKI gigi 4 gigi 5, harus kenceng. Jadi di DKI tidak terlalu penting pencitraan itu. Butuh kinerja yang seirama nasional harus kerja keras, harus solid, tantangannya gak mudah," papar Cecep.
Baca juga: Ridwan Kamil Targetkan Tol Khusus Truk Tambang di Bogor Beroperasi 2024, Ini Alasannya
Dihubungi terpisah, pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan mengamati soal ada peluang Golkar mendorong Ridwan Kamil maju di Pilkada DKI.
"Peluang, secara survei potensinya terbuka," kata Firman.
Secara karakter, kata Firman, DKI Jakarta cocok untuk Ridwan Kamil yang punya kapasitas teknis mengurus perkotaan. Bahkan, kata dia, salah satu masalah Ridwan Kamil mengurus Jabar adalah harus berkoordinasi dengan 27 bupati dan wali kota.
Baca juga: Ridwan Kamil: Opsi Saya Melanjutkan Gubernur, antara Jabar atau DKI
"Secara personal Kang Emil ada kecocokan karakter kalau maju d Pilkada DKI. Karakter Kang Emil visi model memimpin perkotaan, sangat teknis. Melihat pengalaman di Jabar selama empat tahun kalau lihat problem, soal dia tidak bisa punya kewenangan penuh untuk mengelola Jabar karena ada 27 wali kota dan bupati yang harus koordinasi," tutur Firman.
Sementara menurut Guru Besar Ilmu Politik Universtias Padjadjaran Muradi, dalam konteks komunikasi politik, sikap Ridwan Kamil yang kerap membalas kritikan netizen harus dikelola secara lebih terukur jika ingin terjun di DKI Jakarta. Apalagi DKI Jakarta kerap disorot dalam hal apa pun.
"DKI itu APBD besar apa yang ada dikepala Ridwan Kamil bisa dikerjakan. Problem klasik perkotaan bisa dikerjakan. Tapi harus pintar mengolah apa yg perlu direspons, yang perlu dibantah, atau yang perlu dijawab normatif," kata Muradi saat dihubungi lewat telepon seluler.
Ia menilai, Ridwan Kamil harus bisa menjaga irama psikologis personanya dalam hal komunikasi lewat media sosial.
"Ridwan Kamil sekarang harus mulai menjaga irama psokologis agar personanya tidak terbawa situasi. Minimal dia punya tim media untuk menjawab masukan warga, agar tidak terjebak perang komentar. Karena dalam situasi sekarang serangan dari sisi pskilogis akan dicari oleh kompetitor," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, melanjutkan periode kedua di Jabar jadi pilihan realistis. Namun, ia tak menutup kemungkinan akan berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta.
"Sehingga opsi saya adalah sama melanjutkan gubernur (Jabar), nanti di bulan November (2024) antara Jawa barat atau DKI, survei dua-duanya bagus," ucapnya.
Ia menuturkan, hingga saat ini belum ada arahan dari pimpinan Partai Golkar tentang langkah politiknya di tahun depan. Menurutnya, keputusan final akan terjadi pada Februari 2024.
"Restu partai belum karena nanti setelah di bulan Februari (Pileg dan Pilpres 2024). Tapi kalau berbicara hari ini dua provinsi itu surveinya bagus," kata Emil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.