Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com - Instagram: @ikhsan_tualeka

Menjaga Nyala Semangat Kepahlawanan Pattimura

Kompas.com - 16/05/2023, 11:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGATAN Hari Pattimura ditetapkan pada 15 Mei, disesuaikan dengan hari di saat rakyat Maluku memulai perlawanan atau perang terhadap Belanda di Saparua, tahun 1817.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan sejumlah alasan munculnya perlawanan atau perang Pattimura.

Antara lain karena tindakan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Johannes Rudolph van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku. Ketidakadilan menjadi pangkal perlawanan.

Sekalipun demikian sejarahnya, hingga saat ini sosok Pattimura masih menjadi perdebatan, khususnya di kalangan orang Maluku. Saling klaim siapa, dari mana tempat asal dan keturunan Pattimura terus mengemuka.

Apalagi jelang pelaksanaan peringatan Hari Pattimura. Silang pendapat terasa lebih hangat dan tajam, seremoni peringatannya pun dilakukan dalam poros klaim sejarah yang berbeda itu.

Ini satu realitas sosio-historis yang tak dapat dimungkiri. Merupakan tantangan bagi sejarawan, lewat berbagai diseminasi dan penelitian lanjutan, yang barangkali pula tidak akan paripurna untuk menyatukan perbedaan tafsir sejarah itu.

Meskipun demikian, dan upaya untuk meluruskan atau menjernihkan satu sejarah adalah penting, akan tetapi mewarisi dan menjaga spirit atau semangat kepahlawanan Pattimura sesungguhnya jauh lebih penting.

Itu pula mengapa peringatan Hari Pattimura sebagai pahlawan nasional tidak diambil dari hari lahir, maupun hari saat Pattimura dihukum gantung di Benteng Victoria Ambon, tapi justru diambil dari hari perlawanan rakyat menyikapi realitas sosial saat itu.

Menjadi pesan kepada setiap generasi, terutama dari kepulauan Maluku, bahwa semangat juang Pattimura jauh lebih penting dan strategis untuk diteladani ketimbang sesuatu yang sifatnya simbolik atau seremonial semata.

Pattimura muda menyikapi realitas kekinian

Realitas eksisting Maluku merupakan suatu tantangan yang besar dalam pembangunan. Ini bisa dilihat dari sejarah, kondisi alam dan sosial masyarakatnya.

Sejarah mencatat bahwa provinsi seribu pulau ini adalah sasaran utama para penjajah. Mereka datang silih berganti selama hampir empat abad hanya untuk mengeruk hasil alam Maluku.

Sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan puluhan pulau besar, memerlukan energi besar untuk menjangkaunya. Antarsatu pulau dengan pulau lainnya sarat dengan tantangan alam.

Terdapat arus dan gelombang besar, seperti Laut Aru dan Laut Banda sebagai lautan terdalam di dunia, merupakan tantangan sekaligus potensi besar. Butuh kemauan kuat untuk mengarunginya.

Ada Pulau Seram yang dalam pandangan sejumlah ahli, menyimpan misteri dan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya. Hutan dan pegunungannya mengandung sumber daya mineral yang besar, baik yang telah maupun belum terdeteksi.

Berbagai plasma nutfah sebagai sumber kalori dan energi maupun obat-obatan, menunggu riset-riset unggulan dari generasi muda sehingga dapat dieksplorasi untuk kemakmuran masyarakat Maluku.

Begitu pula di banyak daerah di Maluku, laut dan darat tersimpan kekayaan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Diperlukan manajemen sumber daya alam yang mumpuni untuk pengelolaannya.

Inilah alasan utama yang mendorong bangsa-bangsa asing menaklukkan Maluku. Fakta dan sejarah ini yang sepertinya kurang direnungkan oleh orang Maluku.

Membuat sebagian generasinya sibuk pada hal-hal yang remeh-temeh, tak memiliki kedalaman analisis dan prediksi masa depan yang relevan.

Konflik horizontal yang pernah melanda, serta dampak sosialnya yang sampai saat ini masih mengikuti, merupakan indikator tantangan dan ancaman yang harus dihadapi dalam pembangunan Maluku.

Saat ini, angka kemiskinan di Maluku masih tinggi, begitu pula dengan gizi buruk dan stunting, sementara indeks pembangunan manusia dan derajat kesehatan masyarakat masih rendah, ini bisa dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk.

Belum lagi soal rendahnya kualitas lingkungan karena persoalan pengelolaan sampah, penebangan hutan hingga penggunaan zat berbahaya pada sejumlah penambangan liar. Penting untuk diatasi dan disikapi.

Persoalan krusial lain yang dihadapi Maluku saat ini adalah tingginya pengangguran terbuka karena rendahnya penyerapan angkatan kerja. Situasi yang semakin diperburuk oleh masih minimnya investasi.

Sekalipun upaya menarik investasi terus dilakukan, namun tampaknya sejumlah investor masih berpikir ulang untuk berinvestasi di Maluku. Kondisi sosial dan rasa aman mungkin juga masih menjadi pertimbangan.

Persoalan lain yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah di Maluku. Perlu peningkatan kemampuan pemerintah, birokrasi dan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam maupun berbagai potensi yang tersedia.

Tantangan lain yang dihadapi dalam pembangunan Maluku adalah karakteristik masyarakat Maluku. Kebanyakan masyarakat kepulauan ini memiliki ego juga fanatisme kelompok yang tinggi.

Ego dan fanatisme ini antara lain merupakan hasil interaksi dengan budaya penjajah serta kondisi alam laut dan pulau-pulau membuat masyarakat tersegregasi, berperilaku keras, dan tidak mudah mengalah.

Sering ditemui sekelompok masyarakat Maluku memiliki kecerdasan yang bagus dan fisik yang prima karena banyak mengonsumsi ikan yang mengandung lemak omega tiga.

Namun karena kualitas pendidikan yang belum meningkat juga dimanjakan dengan hasil alam, membuat sebagian masyarakat belum memiliki kecerdasan sosial dan kecerdasan personal yang baik.

Masih sering terjadi konflik antarnegeri, maupun antarkelompok pemuda dikarenakan hal-hal sepele, memberikan indikasi kuat bahwa sebagian masyarakat mudah dihasut dan diprovokasi; belum cerdas menyikapi setiap persoalan.

Melihat kondisi Maluku seperti ini ditambah tantangan kebijakan otonomi daerah yang separuh hati dan ancaman era globalisasi, maka tidak mudah mengelola Maluku. Dibutuhkan tenaga-tenaga muda dengan pikiran yang terbuka untuk menyikapinya.

Diperlukan tenaga muda produktif untuk menggarap potensi Maluku yang melimpah-ruah dengan manajemen baik. Sehingga, semua faktor internal Maluku, seperti faktor fisik, psikis dan sosial dapat terkelola.

Pemuda lebih bergairah, agresif, kreatif, dan inovatif dengan semangat pantang menyerah. Tenaga muda akan mampu menaklukkan tantangan-tantangan fisik atau alam di Maluku.

Pemuda dalam melaksanakan aktifitas, akan mampu berhari-hari di darat dan mengarungi lautan, menghadapi kondisi alam seperti arus maupun gelombang, melintasi berbagai pulau di Maluku.

Pemuda cepat adaptif serta dinamis, sehingga memiliki kecerdasan atau keterampilan mengakses dan memanfaatkan teknologi digital.

Dengan itu pemuda mampu mengelola dampak atau akibat dari cepatnya mainstream perubahan global yang turut berpengaruh terhadap pembangunan Maluku.

Pemuda memiliki jiwa rela berkorban layaknya Pattimura dan para pahlawan lainnya. Sesuatu yang penting dan diperlukan guna menyikapi atau menghadapi berbagai persoalan.

Dalam kondisi Maluku yang perlu pembenahan di berbagai lini, dibutuhkan Pattimura muda yang tampil ambil bagian, dengan tetap toleran, untuk meninggikan harkat dan martabat masyarakat Maluku.

Pattimura-Pattimura muda yang tampil di depan dan berkontribusi bagi perubahan sosial ke arah yang lebih baik, adalah pahlawan-pahlawan baru di era kekinian.

Pemuda sebagai Pattimura muda saatnya bersama semua elemen masyarakat dan pemerintah bergandengan tangan. Menghentikan pertikaian yang tidak perlu, apalagi pada hal-hal yang tak substantif.

Tepis prasangka atau saling curiga, belajar melihat realitas dengan optimistis, ibarat melihat gelas yang separuh terisi sebagai gelas yang sebentar lagi akan penuh, bukan gelas yang sudah mau habis isinya.

Pemerintah tentu perlu didorong meningkatkan kinerja, namun tidak bisa bekerja sendiri, dan Pattimura masa kini jangan hanya protes dan mengeluh, seperti memaki kegelapan. Tapi juga harus berikan kontribusi; make your move.

Jika masing-masing pribadi orang Maluku, terutama para pemuda mau menyalakan satu ‘lilin optimisme’ maka akan ada banyak cahaya menerangi langkah bersama untuk membuat perubahan mendasar, menuju Maluku yang maju dan berjaya.

Itulah sesungguhnya spirit dan semangat kepahlawanan Pattimura. Selamat Hari Pattimura. Kokreto!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com