Begitu pula di banyak daerah di Maluku, laut dan darat tersimpan kekayaan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Diperlukan manajemen sumber daya alam yang mumpuni untuk pengelolaannya.
Inilah alasan utama yang mendorong bangsa-bangsa asing menaklukkan Maluku. Fakta dan sejarah ini yang sepertinya kurang direnungkan oleh orang Maluku.
Membuat sebagian generasinya sibuk pada hal-hal yang remeh-temeh, tak memiliki kedalaman analisis dan prediksi masa depan yang relevan.
Konflik horizontal yang pernah melanda, serta dampak sosialnya yang sampai saat ini masih mengikuti, merupakan indikator tantangan dan ancaman yang harus dihadapi dalam pembangunan Maluku.
Saat ini, angka kemiskinan di Maluku masih tinggi, begitu pula dengan gizi buruk dan stunting, sementara indeks pembangunan manusia dan derajat kesehatan masyarakat masih rendah, ini bisa dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk.
Belum lagi soal rendahnya kualitas lingkungan karena persoalan pengelolaan sampah, penebangan hutan hingga penggunaan zat berbahaya pada sejumlah penambangan liar. Penting untuk diatasi dan disikapi.
Persoalan krusial lain yang dihadapi Maluku saat ini adalah tingginya pengangguran terbuka karena rendahnya penyerapan angkatan kerja. Situasi yang semakin diperburuk oleh masih minimnya investasi.
Sekalipun upaya menarik investasi terus dilakukan, namun tampaknya sejumlah investor masih berpikir ulang untuk berinvestasi di Maluku. Kondisi sosial dan rasa aman mungkin juga masih menjadi pertimbangan.
Persoalan lain yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah di Maluku. Perlu peningkatan kemampuan pemerintah, birokrasi dan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam maupun berbagai potensi yang tersedia.
Tantangan lain yang dihadapi dalam pembangunan Maluku adalah karakteristik masyarakat Maluku. Kebanyakan masyarakat kepulauan ini memiliki ego juga fanatisme kelompok yang tinggi.
Ego dan fanatisme ini antara lain merupakan hasil interaksi dengan budaya penjajah serta kondisi alam laut dan pulau-pulau membuat masyarakat tersegregasi, berperilaku keras, dan tidak mudah mengalah.
Sering ditemui sekelompok masyarakat Maluku memiliki kecerdasan yang bagus dan fisik yang prima karena banyak mengonsumsi ikan yang mengandung lemak omega tiga.
Namun karena kualitas pendidikan yang belum meningkat juga dimanjakan dengan hasil alam, membuat sebagian masyarakat belum memiliki kecerdasan sosial dan kecerdasan personal yang baik.
Masih sering terjadi konflik antarnegeri, maupun antarkelompok pemuda dikarenakan hal-hal sepele, memberikan indikasi kuat bahwa sebagian masyarakat mudah dihasut dan diprovokasi; belum cerdas menyikapi setiap persoalan.
Melihat kondisi Maluku seperti ini ditambah tantangan kebijakan otonomi daerah yang separuh hati dan ancaman era globalisasi, maka tidak mudah mengelola Maluku. Dibutuhkan tenaga-tenaga muda dengan pikiran yang terbuka untuk menyikapinya.