SEMARANG, KOMPAS.com - Di bawah teriknya Kota Semarang, segerombolan anak muda Semarang memilih duduk melingkar di tengah panggung Taman Indonesia Kaya, tepatnya di Jalan Menteri Supeno, Mugassari, Kota Semarang.
Puluhan anak muda itu tampak serius membolak-balikkan lembaran buku. Tidak hanya di panggung Taman Indonesia Kaya, beberapa orang memilih duduk di bawah pohon yang rindang ataupun tempat yang lebih teduh.
Selang satu jam, secara bergantian mereka mempresentasikan hasil bacaannya. Tidak hanya buku fiksi seperti novel, sebagian orang juga membawa buku non fiksi seperti self development, sejarah, hingga filsafat.
Baca juga: Hari Kartini, Komunitas Penyelam Perempuan Kupang NTT Rehabilitasi Terumbu Karang
Co-Founder Bookclub Semarang, Firly Aufa Ahsanti, mengatakan, komunitas yang dibentuk sejak Oktober 2022 ini memang bertujuan untuk mewadahi penggemar buku di Semarang, khususnya anak-anak muda agar dapat menghidupkan literasi di Kota Lumpia ini.
Meski masih berusia dini, Acha, sapaan akrabnya, menyebut, anggota Bookclub Semarang terus bertambah seiring berjalannya waktu.
“Awalnya cuma 4 sampai 5 orang yang kumpul. Setelah kita promosi lewat media sosial, akhirnya sampai sekarang yang bergabung dan ikut baca buku bersama bisa sampai 80 hingga 100 orang setiap minggunya,” jelas Acha.
Lebih jelas Acha mengatakan, Bookclub Semarang ini konsisten mengadakan kegiatan baca buku bersama setiap hari Minggu, mulai dari pukul 10.30 hingga 13.30 WIB, dengan urutan rundown yang telah disusun.
Di samping itu, dirinya menyebut, peminat Bookclub Semarang datang dari beragam latar belakang. Mulai dari anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA), kuliah, hingga pekerja muda. Tak heran, jika jenis atau genre bacaan yang dibawa juga beragam.
“Di sini tidak ada batasan umur, mau masih SMA, kuliah, atau sudah bekerja semua boleh bergabung. Lebih menjangkau ke seluruh kalangan. Jenis bukunya pun juga demikian, apapun boleh. Karena setelah membaca mandiri, kita saling sharing,” ucap mahasiswa UIN Walisongo Semarang itu.
Baca juga: Cerita Komunitas Petani Muda di Bali yang Sukses Gunakan Pupuk Organik
Selain itu, Acha mengaku, ada alasan tersendiri mengapa Bookclub Semarang menggunakan fasilitas umum seperti Taman Indonesia Kaya sebagai tempat kegiatan membaca.
Menurut Acha, Kota Semarang memiliki peminat literasi yang tinggi. Bahkan, Kota Semarang telah meraih peringkat ketiga ketiga tingkat Gemar Membaca Nasional 2022 setelah Yogyakarta dan Gunungkidul.
Dengan demikian, keberadaan Bookclub Semarang di tengah tempat umum tersebut dapat menarik perhatian masyarakat untuk bergabung ke Bookclub Semarang.
“Karena kita di tempat umum, mungkin masyarakat bisa melihat bahwa ada banyak orang yang membaca buku di sini. Sehingga ini menjadi promosi literasi terselubung dari kami,” tutur dia.
Sementara itu, salah satu anggota Bookclub Semarang, Ivan Zhayoga, mengaku, sangat senang dan terbantu dengan adanya komunitas Bookclub Semarang.
Menurut Ivan, selain membaca buku bersama, kegiatan ini memberi manfaat untuk menambah pengetahuan dan tempat untuk bersosialisasi.
Baca juga: Komunitas Sepeda Brompton Gelar IDC3 Bali International Challenge
“Saya ikut dari awal yang hanya 4-5 orang, merasa senang karena yang datang semakin banyak. Disini bisa jadi tempat untuk bersosialisasi, atau yang mungkin bosen di rumah, di sini bisa healing sebentar karena jadi tidak stres,” ucap laki-laki penyuka buku horror itu.
Selain itu, dirinya menyebut, anak-anak muda Semarang memiliki semangat literasi yang tinggi. Dengan demikian, dirinya berharap, Bookclub Semarang kedepannya bisa lebih besar dan dikenal khalayak luas.
“Semoga tetap konsisten, lebih banyak yang bergabung, dan yang pasti komunitasnya jadi lebih berkembang,” ucap Ivan.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota Bookclub Semarang, Nazhifa Salsabila. Selain menjadi tempat bersosialisasi, Salsa, sapaan akrabnya, mengatakan, membaca buku bersama Bookclub Semarang menjadi sarana healing bagi seorang pekerja sepertinya.
Baca juga: Komunitas Guru Ajak Pendidik Beri Konseling Korban Bullying
“Ternyata di Semarang banyak juga orang yang gemar literasi. Di sini jadi bisa ngurangi stress, jadi tempat healing. Karena saya merasa ada wadah yang nyaman untuk mengekspresikan diri,” ucap Salsa.
Salsa berharap, nantinya Bookclub Semarang bisa mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Semarang supaya mendapat fasilitas yang lebih memadai. Sehingga, kualitas komunitas literasi di Semarang bisa lebih berkembang.
“Sepertinya pemerintah harus mendukung untuk memajukan literasi di Semarang. Karena sejak saya kecil di sini, Semarang itu sering dilewatkan jika menyangkut event literasi ataupun yang lain-lain. Dan komunitas ini sudah terbilang bagus, karena bisa menarik anak-anak muda,” pungkas Salsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.