Melihat ancaman serius ini, Wakil Ketua DPRD Nunukan, Burhanuddin, mengatakan perlunya seluruh stakeholder duduk bersama untuk membahas solusi terhadap persoalan yang terjadi.
"Alih profesi para petani dan nelayan, menjadi persoalan serius dan mengancam pemenuhan kebutuhan pangan di Nunukan. Kalau tidak mulai ditindaklanjuti sekarang, ke depan akan menjadi masalah berkepanjangan," katanya.
Saat ini, lanjut Burhan, alih profesi nelayan kian mengkhawatirkan. Peralihan profesi nelayan ke rumput laut, terlihat dari berkurangnya pengambilan es batu di pabrik yang sangat jauh menurun dibandingkan sebelumnya.
Burhan memperkirakan, lebih 50 persen nelayan di Pulau Sebatik, sudah berprofesi sebagai pembudi daya rumput laut.
Demikian juga dengan petani. Secara kasat mata, bisa dilihat jelas dari luasan areal sawah garapan.
Padahal dulunya, sejumlah lokasi di Pulau Sebatik menjadi penghasil padi. Sementara saat ini, hamparan sawah yang membantang tak ubahnya lapangan kosong yang hanya ditumbuhi rumput sejauh mata memandang.
"Kita di Kaltara ini menjadi salah satu penunjang pangan untuk Ibu Kota Negara (IKN). Jadi akan sangat riskan kalau kondisi ini tidak ada solusi. Jangan sampai ada kalimat pembiaran dan mengandalkan selama barang Sulawesi masuk, kebutuhan pangan Nunukan aman. Konsumtif Itu bukan solusi," kata Burhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.