LEMBATA, KOMPAS.com - Pos Pemantau Gunung Api (PGA) gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), membeberkan sejumlah ancaman bahaya akibat aktivitas vulkanik gunung Ile Lewotolok.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian menerangkan, berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan, sejak pertengahan Januari 2023, Gunung Ile Lewotolok cenderung memperlihatkan peningkatan secara fluktuatif.
Jangkauan lontaran lava masih teramati di sekitar area puncak dengan jarak kurang dari 500 meter dari pusat erupsi.
"Gempa guguran mulai terekam kembali sejak 24 Maret 2023. Hal ini sebagai indikasi pertumbuhan aliran lava ataupun cinder cone di dalam kawah atau di area puncak," ujar Stanislaus dalam keterangannya, Kamis (4/5/2023).
Baca juga: Hujan Abu di Ile Ape Dampak Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Warga Diminta Pakai Masker
Pasokan magma juga masih ada, menyusul terjadinya gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam selama dua pekan terakhir.
"Berhubung erupsi eksplosif masih tetap berlangsung, maka potensi ancaman bahaya dari lontaran lava material pijar harus diwaspadai," katanya.
Stanislaus menerangkan, aktivitas erupsi Ile Lewotolok masih berlangsung dengan tipe strombolian.
Baca juga: Sehari, Terpantau Ada 53 Kali Letusan di Gunung Ile Lewotolok, Tinggi Kolom Abu 800 Meter
Diperkirakan, ancaman bahaya masih berada di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas.
Ancaman bahaya itu berupa hujan abu yang arah dan jangkauannya tergantung pada arah dan kecepatan angin.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.