Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang 208 Tahun Letusan Gunung Tambora dari Garis Keturunan Penduduk Desa Oi Bura

Kompas.com - 10/04/2023, 13:55 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Tim Kompas.com melakukan Tapak Tilas 208 Tahun Letusan Tambora untuk menelusuri jejak letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Nantikan persembahan tulisan berseri kami tentang dampak dahsyatnya letusan besar Tambora pada 10 April 1815.

DOMPU, KOMPAS.com - Hari ini, 208 tahun lalu, tepat pada 10 April 1815 malam, letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menggemparkan dunia.

Dengan kekuatan 7 Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan gunung ini tercatat sebagai salah satu yang terhebat dalam sejarah manusia.

208 tahun peristiwa itu berlalu. Sulaiman, menceritakan kisah leluhurnya saat letusan Tambora terjadi.

Baca juga: Kiamat Tambora, April 1815

Warga Dusun Tambora, Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora ini masih memiliki hubungan darah dengan penduduk terdahulu yang hidup saat letusan Tambora, 1815.

Sulaiman saat ini menjabat sebagai Kepala Dusun Tambora. Dia juga dipercaya menjadi juru perawat Situs Tambora di So Sori Sumba, Desa Oi Bura.

Di sela kesibukan mengurus 256 kepala keluarga (KK) di Dusun Tambora, Sulaiman mengisi hari-harinya untuk menggarap lahan kopi.

Saat ada waktu senggang, ia menyempatkan diri untuk melihat jejak kerajaan yang terkubur letusan dahsyat Gunung Tambora, 1815.

Sulaiman menunjukkan pecahan keramik di situs Tambora. Sulaiman menunjukkan pecahan keramik di situs Tambora.

Sampai saat ini sudah banyak temuan benda yang diyakini menyimpan sejarah saat Gunung Tambora meletus.

Mulai dari pecahan keramik, gerabah tanah liat, pisau, gigi manusia, padi yang sudah menjadi arang, dan sejumlah temuan lainnya.

Benda-benda tersebut, selain ditemukan di areal Situs Tambora, juga banyak berasal dari salah satu tempat yang menurutnya masih dirahasiakan.

Baca juga: Laporan Owen Philips dan Bencana Kelaparan Pasca-letusan Tambora 1815

Tempat yang diduga sebagai letak Kerajaan Tambora itu belum pernah terdeteksi alat para peneliti milik Balai Arkeologi (Balar).

"Ada tempat itu, lokasinya tidak jauh dari Situs Tambora," cetus Sulaiman.

Menurutnya, tempat rahasia itu masih rimbun oleh pepohonan besar dan semak belukar.

Untuk melihatnya harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak, namun saat musim hujan seperti ini kondisi jalur tak memungkinkan untuk dilalui.

Tangkapan udara situs Doro Bente yang disebut sebagai benteng kerajaan yang terkubur saat Tambora meletus. Doc. BTN Tambora Tangkapan udara situs Doro Bente yang disebut sebagai benteng kerajaan yang terkubur saat Tambora meletus. Doc. BTN Tambora

Bagi Sulaiman, benda-benda yang dikumpulkan ini cukup menjadi penguat dugaannya tentang letak Kerajaan Tambora, juga sebagai alasan pembenar kepada warga lokal yang ingin mengetahui sejarah letusan Tambora.

10 April 2023 ini, genap 208 tahun letusan Gunung Tambora. Namun, disesalinya tak ada agenda khusus yang digelar instansi terkait untuk mengenang duka para leluhur di hari letusan hebat itu terjadi.

Dalam catatan Bo Sangaji Kai Bima, lanjut Sulaiman, malapetaka itu membunuh sekitar 92.000 jiwa penduduk Kerjaan Tambora, Pekat dan Sanggar.

Peristiwa itu semestinya menjadi momen penting untuk diperingati setiap tahunnya di Semenanjung Sanggar.

"Sedianya memang harus ada kegiatan untuk mengenang arwah orangtua kita dulu. Karena letusan Tambora ini sangat dahsyat, sampai terasa di Eropa dan banyak orang mati kelaparan," ungkapnya.

Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Kamis (6/4/2023). Sumber: BTN Tambora. Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Kamis (6/4/2023). Sumber: BTN Tambora.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Regional
Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com