KOMPAS.com - Slamet Tohari (45) alias Mbah Slamet ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pembunuhan berantai di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Ia diduga menghabisi nyawa 11 orang korbannya. Kasus tersebut terungkap berkat laporan orang hilang berinisial PO pada Senin (27/3/2023).
Sebelum dinyatakan hilang, PO sempat mengirim pesan WhatsApp kepada pihak keluarga agar datang ke rumah Slamet bersama aparat jika dirinya tidak ada kabar selama beberapa hari.
Saat mendatangi rumah Slamet, polisi menemukan fakta jika PO telah dibunuh di jalan setapak menuju ke hutan di Wanayasa.
Tak jauh dari penguburan PO, polisi menemukan 10 mayat yang diduga juga dibunuh oleh Slamet.
Baca juga: 5 Fakta Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara, Beraksi Sejak 5 Tahun Lalu, Diduga Bunuh 10 Orang
Pada tahun 2019, Slamet ternyata pernah terjerat kasus peredaran uang palsu setelah adanya laporan dari masyarakat.
Kala itu, Polres Pekalongan membekuk Slamet bersama dua pelaku lainnya saat transaksi di di sebuah minimarket di Kelurahan Gumawang, Wiradesa, Pekalongan.
Dua pelaku itu adalah Aziz (32) warga asal Kabupaten Wonosobo dan Ahmad Murtadi (49) asal Banyumas.
Dari tangan ketiganya, polisi menyita 1.491 lembar uang palsu yang di antaranya berisi uang pecahan Rp 100.000.
Baca juga: Belum Teridentifikasi, 9 Korban Pembunuhan Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang Dimakamkan
Dari pengakuan ketiga pelaku, uang palsu tersebut mereka peroleh dari Kholek, rekannya di Kota Semarang dengan harga Rp 500.000 untuk 1.491 lembar pecahan Rp 100.000.
Uang palsu tersebut lalu didistribusikan dengan harapan memperoleh hasil sejumlah Rp 70 juta.
Uang palsu tersebut rencananya akan disebarkan ke wilayah Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan.
Empat tahun kemudian, Slamet kembali ditangkap oleh Polres Banjarnegara pada Minggu (2/4/2023) sekitar pukul 04.00 WIB.
Ia ditangkap karena berpura-pura menjadi dukun yang bisa menggandakan uang.Total ada 11 orang yang dibunuh.
Baca juga: Pemakaman Massal Disiapkan untuk Korban Pembunuhan Mbah Dukun Slamet
Korban terakhir adalah PO asal Sukabumi. Korban lainnya adalah dari Palembang dan Yogyakarta.