KOMPAS.com - Tembang Asmaradana adalah salah satu dari tembang macapat, karya sastra Jawa yang berbentuk tembang atau puisi tradisional Jawa.
Tembang asmaradana berasal dari kata asmara. Hal ini tidak lain lantaran tembang ini bercerita tentang manusia yang sedang dilanda asmara.
Tembang macapat telah muncul sejak akhir zaman Majapahit, dimana saat itu pengaruh Hindu semakin berkurang dan rasa persatuan masyarakat Indonesia semakin kuat.
Setiap tembang macapat memiliki watak dan aturan sebagai ciri khas, tak terkecuali dengan tembang asmaradana.
Berikut ini adalah watak, aturan, dan contoh tembang asmaradana.
Tembang asmaradana menceritakan tentang asmara, dimana manusia yang beranjak dewasa kemudian tertarik dengan lawan jenis.
Baca juga: Tembang Macapat: Pengertian, Sejarah, Jenis, dan Makna
Tembang tersebut biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta, baik kebahagiaan maupun kesedihan karena patah hati.
Aturan atau paugeran merupakan ciri khas tembang macapat, dimana terdiri dari guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Aturan tembang asmaradana adalah sebagai berikut.
Guru gatra tembang asmaradana memiliki 7 baris dalam satu bait.
Guru wilangan merupakan jumlah suku kata dalam setiap larik atau kalimat.
Tembang asmaradana memiliki guru wilangan, yakni 8,8,8,8,7,8,8.
Artinya, pada kalimat pertama terdapat delapan suku kata, kalimat kedua terdapat delapan suku kata, hingga kalimat terakhir memiliki delapan suku kata.
Baca juga: Mengenal Tembang Dhandhanggula: Makna, Watak, dan Aturan
Guru lagu adalah jatuhnya vokal terakhir pada setiap larik atau kalimat.
Guru lagu tembang asmaradana, yaitu a,i,e,a,a,u, dan a.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.