Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhamad Ridwan Herdika
Pegawai Negeri Sipil

Seorang sarjana hukum dan aktivis hak asasi manusia (HAM). Pernah menjadi asisten pengacara publik di LBH Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Komnas HAM RI Perwakilan Papua. Instagram : @ridwanherdika

Kerusuhan Wamena, Isu Penculikan Anak, dan Kredibilitas Polri

Kompas.com - 26/02/2023, 12:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PUBLIK dihebohkan dengan peristiwa kerusuhan di Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada 23 Februari 2023 lalu.

Data terakhir Kepolisian, jumlah korban tewas akibat peristiwa tersebut, yakni 12 orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka.

Terkait kerugian materiil, memang belum ada data yang valid, namun tampak banyak bangunan mulai dari rumah pribadi hingga ruko terbakar akibat rangkaian peristiwa kerusuhan ini.

Isu penculikan anak di Papua

Kerusuhan di Wamena pada 23 Februari 2023 lalu, tidak lain karena ekses dari merebaknya isu penculikan anak di Papua pada awal tahun ini.

Isu tersebut tidak terlepas dari rentetan isu penculikan anak yang juga berhembus di berbagai daerah di Indonesia.

Masyarakat resah akibat banyak informasi yang beredar terkait tengah beroperasinya komplotan pencuri anak guna dijadikan tenaga pengemis, pemenuhan hasrat seksual, maupun guna merampas organ tubuhnya untuk dijual.

Informasi tersebut telah beredar di berbagai daerah, misalnya, di Garut, Sukabumi, Klaten, Solo, Konawe, dan lain sebagainya.

Di Jayapura pun terdapat permasalahan serupa. Pihak kepolisian menerima laporan adanya dugaan peristiwa penculikan anak pada 24 Januari 2023 lalu.

Aparat telah melakukan serangkaian penyelidikan peristiwa tersebut hingga saat ini. Namun belum ada titik terang hingga kini, apakah benar komplotan tersebut merupakan sindikat penculik anak.

Menjadi pertanyaan, meski isu penculikan berhembus di banyak daerah, mengapa khusus di Tanah Papua mengakibatkan banyak korban jiwa maupun materiil?

Tidak adanya kepercayaan terhadap penegak hukum

Peristiwa kerusuhan di Wamena pada 23 Februari 2023 lalu memang berawal dari isu penculikan anak. Inti dari kronologinya ialah pihak kepolisian mencoba mengamankan terduga penculik.

Namun, masyarakat menolak dan meminta pihak kepolisian menyerahkan terduga pelaku kepada mereka.

Keinginan massa tersebut tidak dipenuhi hingga pada akhirnya massa yang tidak puas melakukan serangkaian tindakan kerusuhan.

Pola serupa terjadi di Sorong pada 24 Januari 2023 lalu. Terduga pelaku berinisial WS diarak dalam kondisi setengah bugil lalu dibakar hidup-hidup oleh massa yang tersulut emosi isu penculikan anak.

Perbedaannya dalam peristiwa tersebut, pihak kepolisian tidak berhasil mengamankan pelaku karena jumlah massa yang jauh lebih banyak, sehingga massa dapat menguasai terduga pelaku dan membakarnya hidup-hidup hingga korban meninggal dunia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com