Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengoplos Ratusan Tabung Gas Subsidi di Babel Mengaku Butuh Uang untuk Pengobatan Istri

Kompas.com - 24/02/2023, 12:06 WIB
Heru Dahnur ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com-Tersangka berinisial D alias Dul pengoplos ratusan tabung gas elpiji subsidi di Tanjung Bunga, Pangkalpinang, Bangka Belitung, mengaku terpaksa melakukan perbuatannya itu.

Pria 52 tahun itu mengaku tidak punya penghasilan setelah berhenti dari pekerjaan menjual ikan dan menambang timah tradisional.

"Sebelumnya jual ikan, kemudian TI (tambang inkonvensional) tapi enggak dapat penghasilan," kata Dul saat gelar kasus di Mapolda Babel, Kamis (23/2/2023).

Baca juga: Oplos Gas sejak Maret 2022, Pangkalan Elpiji Subsidi di Padang Raup Keuntungan Rp 150 Juta

Dul mengaku putar haluan sebagai pengoplos gas subsidi karena desakan ekonomi. Dia juga harus membiayai pengobatan istrinya yang sakit-sakitan.

"Istri juga sakit-sakitan, saya butuh biaya," ujar Dul.

Namun begitu, Dul tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia saat ini ditahan bersama seorang rekannya S (42) warga Desa Belilik, Bangka Tengah yang berperan sebagai penyuplai gas subsidi kemasan 3 kilogram.

Pengoplosan sendiri kata Dul, dilakukan secara manual dan tidak perlu teknik khusus untuk mempelajarinya.

"Pekerjaan seperti ini bisa dicoba saja manual," ujar dia.

Baca juga: Pangkalan Elpiji Subsidi di Padang Digerebek Polisi, 4 Pelaku Ditangkap Saat Mengoplos Gas

Direktur Kriminal Khusus Polda Bangka Belitung Kombes Djoko Julianto mengatakan, praktik pengoplosan dengan tersangka Dul dan S telah berjalan lebih dari dua bulan.

Dari perbuatannya itu tersangka bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah.

"S menjual gas subsidi seharga Rp 25.000 per tabung pada Dul untuk dioplos ke tabung non subsidi kemasan 12 kilogram," ujar Djoko.

 

Djoko mengungkapkan, gas subsidi kemasan 3 kilogram dikumpulkan S dari Pangkalan dan toko kelontong.

Dari harga eceran Rp 18.000 kemudian dijual pada Dul seharga Rp 25.000 per tabung.

Dul kemudian mengoplos 4 tabung kemasan 3 kilogram ke tabung 12 kilogram.

"Setiap tabung 12 kilogram Dul mengeluarkan modal Rp 100.000 kemudian dijual Rp 190.000 atau ada keuntungan Rp 90.000 per tabung," ujar Djoko.

Baca juga: Cerita Sedih Siyami, Bakso Baru Laku 3 Mangkok, Tabung Elpiji Hilang Digondol Pencuri

Harga jual tersebut di bawah harga jual Pertamina yakni Rp 197.000 per tabung kemasan 12 kilogram.

"Tersangka terancam hukuman di atas lima tahun tentang undang-undang Migas dan perlindungan konsumen," kata Djoko.

Praktik pengoplosan, kata Djoko juga menyebabkan kelangkaan gas subsidi di tengah masyarakat.

Selain itu juga membahayakan karena rawan terjadi kecelakaan saat dilakukan pengoplosan.

"Seharusnya gas subsidi beredar di masyarakat, tapi ini sudah mereka kumpulkan sendiri untuk dioplos," ungkap Djoko.

Baca juga: Oplos Gas sejak Maret 2022, Pangkalan Elpiji Subsidi di Padang Raup Keuntungan Rp 150 Juta

Dalam kasus itu polisi mengamankan 103 tabung gas subsidi kemasan 3 kilogram dan 25 tabung kemasan 12 kilogram.

Kemudian juga diamankan satu mobil pikap, ponsel dan uang tunai Rp 1.750.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembuat Video Asusila di Pemandian Air Panas Maluku Tengah Ditangkap

Pembuat Video Asusila di Pemandian Air Panas Maluku Tengah Ditangkap

Regional
Lakukan Hubungan Sesama Jenis, Motif Pelaku Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Terungkap

Lakukan Hubungan Sesama Jenis, Motif Pelaku Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Terungkap

Regional
Jadi Tersangka Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Diperiksa Pekan Depan

Jadi Tersangka Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Diperiksa Pekan Depan

Regional
Marliah Tiba-tiba Jadi Warga Negara Malaysia, Kok Bisa?

Marliah Tiba-tiba Jadi Warga Negara Malaysia, Kok Bisa?

Regional
Terpeleset Tumpahan Oli, Mahasiswa Tewas Terlindas Truk di Kalibanteng Semarang

Terpeleset Tumpahan Oli, Mahasiswa Tewas Terlindas Truk di Kalibanteng Semarang

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Hanyut Terbawa Arus Sungai, Remaja 16 Tahun di Malinau Ditemukan Tewas

Hanyut Terbawa Arus Sungai, Remaja 16 Tahun di Malinau Ditemukan Tewas

Regional
3 Pelanggar Syariat Islam di Bireuen Dieksekusi Cambuk 17-100 Kali

3 Pelanggar Syariat Islam di Bireuen Dieksekusi Cambuk 17-100 Kali

Regional
Tiba-tiba Berstatus WN Malaysia, Marliah Akhirnya Kembali Jadi WNI

Tiba-tiba Berstatus WN Malaysia, Marliah Akhirnya Kembali Jadi WNI

Regional
Penyelundupan Miras di Atas Kapal Pelni KM Sinabung Digagalkan, 120 Liter Dimusnahkan

Penyelundupan Miras di Atas Kapal Pelni KM Sinabung Digagalkan, 120 Liter Dimusnahkan

Regional
Aniaya Siswa SMP di Kupang, 2 Pria Ditangkap Polisi

Aniaya Siswa SMP di Kupang, 2 Pria Ditangkap Polisi

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Gempa M 5,2 Lombok Barat, Warga Kaget Dengar Suara Gemuruh

Gempa M 5,2 Lombok Barat, Warga Kaget Dengar Suara Gemuruh

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com