Di dalam Masjid Agung Demak terdapat mihrab yang berhias gambar bulus yang merupakan sebuah candra sengkala.
Selain itu, di depan mihrab sebelah kanan terdapat mimbar yang digunakan untuk berkhotbah.
Mimbar tersebut bernama Dampar Kencana yang merupakan hadiah dari Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V untuk Raden Patah.
Dampar Kencana merupakan singgasana raja yang dijadikan mimbar khotbah di Masjid Agung Demak.
Pada awal pembangunannya, Masjid Agung Demak memiliki sebuah kolam sebagai tempat untuk berwudhu.
Di dalam kolam tampak sejumlah batu kali yang disusun berkelompok, sementara di bagian timur membentang pagar yang terbuat dari bata dengan hiasan berupa batu-batu koral putih yang disusun menempel pada permukaannya.
Situs kolam wudhu ini masih berada ditempatnya, walaupun sekarang tidak dipergunakan lagi.
Makam Raja-Raja Demak atau Makam Raja-Raja Kesultanan Demak berada di sisi barat laut Masjid Agung Demak yang masih berada di area kompleks masjid.
Kompleks pemakaman ini juga sering disebut masyarakat sebagai Pemakaman Kesultanan Bintoro Demak atau Kesultanan Demak.
Tiga bangunan kuburan utama yang ada di Makam Kasepuhan adalah Makam Raden Patah (Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Panotogomo, Sultan Demak pertama), Raden Patiunus (Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak kedua), dan Dewi Murthosimah permaisuri / istri Raden Patah.
Kemudian di sisi kanan kiri makam utama terdapat sejumlah makam lain, salah satunya makam Pangeran Benawa yang panjang kuburnya lebih panjang dari makam pada umumnya.
Sumber:
https://pariwisata.demakkab.go.id/sejarah-singkat-masjid-agung-demak/
https://pariwisata.demakkab.go.id/pintu-bledeg-masjid-agung-demak/
https://pariwisata.demakkab.go.id/makam-raja-raja-kasultanan-demak/
https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id
https://bobo.grid.id
https://intisari.grid.id