LAMPUNG, KOMPAS.com - Selain penggunaan diksi "infak", diksi "zakat" juga digunakan sebagai kode uang penitipan calon mahasiswa yang hendak diluluskan masuk Universitas Lampung (Unila).
Kata tersebut muncul saat pemeriksaan saksi Ari Meizari (swasta) dalam perkara suap Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Unila di Pengadilan Tipikor Tanjung Karang, Kamis (26/1/2023) malam.
Penggunaan diksi "zakat" tersebut terungkap ketika jaksa penuntut KPK menampilkan barang bukti berupa bidik layar pesan WhatsApp antara Ari dengan Mualimin, dosen honor Unila.
Baca juga: Dosen Honorer Unila Ketahuan Bikin Kuitansi Fiktif Uang Titipan, Mengaku Diperintah Eks Rektor
Pesan itu dikirimkan Mualimin untuk menanyakan tentang calon mahasiswa titipan Ari yang merupakan permintaan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.
Calon mahasiswa titipan Zulkifli Hasan itu berinisial ZA yang hendak diluluskan masuk Fakultas Kedokteran melalui jalur mandiri.
"Bagaimana 'zakat' dari abang (Ari)," tanya Mualimin.
Baca juga: Mantan Rektor Unila Komentari Berita Sidangnya: Saya Ini Profesor Komunikasi
Di hadapan majelis hakim, Ari mengaku sudah mengerti maksud isi pesan dari Mualimin tersebut, karena sebelumnya dia dan Andi Desfiandi (sudah divonis) pernah menyampaikan penitipan ZA dan ZAP.
"Zakatnya 150 (juta) dari abang (Ari), 100 (juta) dari bang Andi," kata Mualimin.
"Masa titipan pak menteri pakai 'zakat'," jawab Ari.
Dalam sidang tersebut muncul juga fakta jika Mualimin melakukan mark up untuk nominal "zakat" atau "infak" atas dua calon mahasiswa yang dititipkan oleh Andi Desfiandi dan Ari Meizari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.