Nama Oranje diambil dari nama dinasti Oranje-Nassau di Belanda. yang memegang peran besar dalam sejarah kerajaan Belanda.
Pada abad ke-17, Benteng Oranje memegang peran penting karena sempat menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal VOC.
Beberapa petinggi VOC yang pernah tinggal di tempat ini adalah, Jan Pieterszoon Coen, Herald Reynst, Pieter Both dan Laurenz Reaal.
Benteng Oranje juga sempat digunakan Pieter Both sebagai tempat berunding dengan Sultan Mudaffar dari Ternate.
Peristiwa ini terjadi setelah VOC menetapkan wilayah Maluku Utara sebagai lokasi pusat pemerintahan Hindia Belanda.
Kawasan Benteng Oranje kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda sebelum akhirnya dipindahkan ke Batavia pada tahun 1619.
Benteng ini kemudian berubah fungsi menjadi penjara, seperti yang tertulis pada batu prasasti yang dibangun tahun 1756.
Pada tahun 1822, Benteng Oranje sempat dijadikan pengasingan pahlawan nasional Sultan Mahmud Badarudin II (Sultan Palembang).
Sultan Mahmud Badarudin II berada di pengasingan ini hingga beliau meninggal dunia pada tahun 1852 dan dimakamkan tidak jauh dari Benteng Oranje.
Benteng Oranje adalah sebuah bangunan pertahanan bertipe kastil, dengan denah trapesium yang memiliki empat bastion di keempat sisinya.
Di dalam benteng terdapat beberapa bangunan, seperti rumah Gubernur Jenderal dan Gubernur VOC, barak, dan gudang senjata.
Di beberapa sisi benteng juga ditemukan prasasti berbahasa Latin, 1 prasasti berbahasa Belanda, dan lambang VOC.
Ada juga 13 meriam yang beberapa di antaranya sudah hilang dan meninggalkan jejak pondasi meriam pada sudut barat laut benteng.
Cagar Budaya Benteng Oranje, kini statusnya merupakan milik negara dan dikelola oleh Pemerintah Kota Ternate.