Dikutip dari laman bnpb.go.id, kejadian gempa bumi yang disusul tsunami dari Laut Banda pernah dicatat oleh Georg Everhard Rumphius, seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon.
Diketahui istri dan anak Rumphius juga turut menjadi korban dalam bencana dahsyat tersebut.
Gempa bumi yang disusul tsunami tersebut terjadi pada 17 Februari 1674 malam yang menimbulkan kerusakan bangunan dan menelan setidaknya 2.500 orang meninggal dunia.
Guncangan yang sangat keras melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau disekitarnya, mengakibatkan 86 orang meninggal dunia tertimpa runtuhan bangunan. Selepas itu, gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon.
Kerusakan yang paling parah terjadi di pesisir Utara di Semenanjung Hitu, terutama di daerah Ceyt yang berada di antara Negeri Lima dan Hile. Di daerah ini air laut naik setinggi 40–50 toises atau sekitar 70–90 meter.
Dikutip dari publikasi bpbd.malukuprov.go.id, pada 26 November 1852 sekitar pukul 07.40 WIT, gempa bumi yang disusul tsunami terjadi di Pulau Naira, Haruku dan Ambon.
Di Banda Neira, terlihat air laut naik sekitar 15 menit setelah gempa yang membuat warga takut turun dari bukit.
Teluk berubah jadi kering dengan cepat, kemudian terisi air yang membuat sebuah kapal yang sedang di jangkar pada kedalaman 9 meter kandas hingga ke dasar laut sebanyak dua kali.
Tsunami yang terjadi membawa air laut hingga ke atap gudang dan rumah-rumah, membanjiri Benteng Nassau dan terus naik hingga kaki bukit di mana Benteng Belgica berada.
Dikutip dari Katalog Tsunami Indonesia Per-Wilayah Tahun 416-2018 yang dikeluarkan BMKG, pada 23 Agustus 1936 sekitar pukul 21.12 WIT, gempa bumi M 7,3 memicu gelombang tsunami.
Kejadian tsunami ini menyebabkan kerusakan di Pulau Banda dan Pulau Ewab, di mana sekitar 1.000 rumah mengalami kerusakan.
Dikutip dari Katalog Tsunami Indonesia Per-Wilayah Tahun 416-2018 yang dikeluarkan BMKG, pada 1 Februari 1938, gempa bumi M 8,5 memicu gelombang tsunami.
Kejadian tsunami ini menyebabkan kerusakan di daerah Banda dan Kai.
Dikutip dari publikasi bpbd.malukuprov.go.id, pada 15 Januari 1975 terjadi gempa bumi dengan M 5,9 dengan koordinat lokasi pusat gempa 5.0 LS dan 130.0 BT pada kedalaman 33 km.
Gempa yang diikuti gelombang tsunami ini menelan korban jiwa sebanyak 81 orang