NUNUKAN, KOMPAS.com – Prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia, Batalyon Infanteri 621/Manuntung, yang bertugas di SSK III Lumbis, Nunukan, Kaltara, menorehkan hasil gemilang dalam melakukan misi patroli patok perbatasan RI.
Misi patroli dengan target 40 hari terhadap 852 patok perbatasan, hanya diselesaikan 24 hari saja.
‘’Ini suatu hal yang luar biasa karena penyelesaiannya jauh lebih cepat dari target. Ini tentang ketepatan membaca navigasi, kepintaran memprediksi cuaca, juga tentang ketahanan fisik yang prima dari Prajurit kita di wilayah Lumbis,’’ujar Dansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 621/MTG, Letkol Inf Deny Ahdiani Amir, Jumat (30/12/2022).
Baca juga: Dua Dokter Spesialis di Perbatasan RI–Malaysia Dipecat, IDI Nunukan Angkat Suara
Capain tersebut, tak lepas dari komunikasi yang baik dan dukungan alutsista helikopter dari Komando atas.
Perlu diketahui, wilayah penugasan Lumbis, menjadi salah satu medan berat dengan kontur bukit terjal dan ngarai.
Wilayah ini, merupakan blank spot area, dan berada di ketinggian sekitar 3000 meter. Cuaca dingin, menjadikan area hutan dengan pepohonan basah dan berlumut.
Hutan wilayah ini, dihuni ribuan lintah daun, yang menjadi salah satu ujian bagi para prajurit saat patroli patok.
‘’Masuk hutan di Lumbis, namanya lintah daun itu banyak sekali. Awalnya lintah hanya sebesar lidi, menempel di beberapa bagian tubuh prajurit kami. Lintah baru terlepas sendiri setelah kenyang darah dan ukurannya sebesar jempol tangan orang dewasa,’’ kata Deny.
Lintah daun memang berukuran kecil, tapi kerap melompat dan menempel erat di kulit manusia.
Berbeda dengan jenis lintah lain, lintah daun di hutan Lumbis cukup agresif. Lintah-lintah tersebut melompat-lompat mendekati para prajurit saat beristirahat malam hari di tengah hutan.
‘’Itu lintah kalau sudah nempel, menyedot darah dari tubuh. Bekasnya seperti lubang kecil dan darahnya ngalir terus. Itu lukanya membekas gosong dan gatal sekali rasanya,’’tuturnya.
Kondisi tersebut, kata Deny, bukan halangan atau hambatan bagi prajurit. Pasalnya patroli kali ini juga bukan pertama kalinya.
‘’Kita sudah kenal medan, karena 2017 lalu kita juga bertugas di Nunukan. Jadi ini kedua kalinya, dan kita anggap gangguan lintah itu sebagai terapi alam gratis saja,’’ kelakarnya.
Sejauh ini, Yonif 621/MTG sudah menyelesaikan hampir 100 persen misi patroli patok perbatasan, sejak bertugas Agustus 2022 lalu, di Kabupaten Nunukan.
Dari 4.202 patok perbatasan yang menjadi tanggung jawab Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 621/MTG, tinggal 459 patok yang belum terpatroli. Itu pun karena ada di wilayah Malaysia, dan harus menunggu kesiapan prajurit Malaysia untuk patroli bersama.
Adapun hasil dari patroli tersebut, sebanyak 3.257 patok dalam kondisi baik. Sebanyak 103 patok ditemukan dalam kondisi miring.
Sebanyak 20 patok rusak, 6 buah patok patah, 44 patok roboh. Sebanyak 18 patok tertimpa pohon, 74 patok tertimbun, 176 patok tidak ditemukan.
Baca juga: Tiba di Perbatasan RI-Timor Leste, Wakil Wali Kota Darwin Diajak Berfoto oleh Warga dan Petugas
Ada 26 buah patok hilang, 10 patok tenggelam, 8 buah patok terkena dampak longsor, dan 1 patok ditemukan dalam kondisi hancur.
‘’Ada juga patok yang sekitar 30an tahun sulit ditemukan, yaitu patok C 421 telah ditemukan prajurit kami. Jadi mungkin karena kondisinya tertutup lumut tebal, akhirnya sulit ditemukan,’’kata Deny.
Deny juga menjelaskan, bahwa kondisi patok yang hancur atau rusak, kemungkinan besar karena usia patok yang sudah terlalu lama. Patok batas Negara di wilayah patroli, mayoritas dibuat Tahun 1987 sampai tahun 2000.
‘’Untuk misi patroli patok, PR kita tinggal 459 yang ada di wilayah Seliku, Malaysia. Kita masih menunggu kesiapan mereka untuk kemudian berpatroli bersama,’’katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.