Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Penyebab Tsunami Aceh 2004 yang Sempat Diisukan Sebagai Akibat Ledakan Bom Nuklir

Kompas.com - 26/12/2022, 17:35 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Hal ini merupakan akibat dari pergerakan Lempeng Hindia yang bergerak sekitar 50 mm/tahun yang menghimpit lempeng Sumatra-Andaman.

Tekanan yang terakumulasi sekian lama setelah lebih dari 300 tahun tidak ada gempa bumi raksasa, dilepaskan dalam satu hentakan maut dengan skala mencapai M 9,2.

Hentakan tersebut membuat pulau-pulau dan dasar lautan di timur palung sepanjang 1.600 km tersebut secara tiba-tiba terpelanting ke barat sejauh 10-30 meter, dan terangkat ke atas sejauh beberapa meter.

Dahsyatnya guncangan ditambah besarnya volume air laut yang tiba-tiba ikut terangkat akibat hentakan dasar laut yang naik tersebut yang membuat gelombang tsunami yang dihasilkan begitu besar.

Hoaks Tsunami Aceh 2004 Disebabkan Ledakan Bom Nuklir

Pasca Tsunami Aceh 2004, sempat beredar informasi di media sosial ledakan bom nuklir bawah laut adalah pemicu bencana ini.

Salah satu akun di Facebook mengunggah informasi dan video soal klaim tersebut pada 28 Desember 2020, yang kemudian viral di media sosial.

Unggahan tersebut juga menyertakan sebuah video penjelasan dari seseorang bernama Jerry D Gray.

Berikut narasi unggahannya:

Menurut Jerry D gray dan fisikawan Prancis. Tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004, bukan akibat gempa bumi, melainkan merupakan ledakan bom nuklir bawah laut. Percaya? Simak yaa. Just information!

Dari penelusuran dan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com,narasi tersebut tidak benar alias hoaks.

Menanggapi unggahan tersebut, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya kepada Kompas.com, Senin (22/3/2021), menegaskan bahwa tsunami di Aceh 2004 dipicu oleh gempa tektonik, dan bukan karena ledakan nuklir seperti isu yang beredar.

Daryono juga menjelaskan sejumlah bukti ilmiah yang sangat kuat untuk mendukung fakta itu, seperti data rekaman getaran tanah, dan munculnya gelombang S (Shear) yang kuat pada seismogram yang menunjukkan proses pergeseran (shearing) yang terjadi secara tiba-tiba pada kerak bumi.

Selain itu, variasi bentuk awal gelombang P berupa gerakan kompresi (naik) dan dilatasi (turun) pada seismogram yang tercatat di stasiun-stasiun seismik BMKG juga membuktikan bahwa penyebab deformasi dasar laut di Samudra Hindia sebelah barat Aceh pada 26 Desember 2004 adalah gempa tektonik

Yang tak kalah penting, gempa tektonik yang memicu tsunami Aceh 2004 tidak terjadi dengan tiba-tiba, namun ditandai dengan beberapa gempa pembuka (foreshocks) yang sudah muncul sejak tahun 2002, termasuk Gempa Simeulue 7,0 pada 2 November 2002.

Selain itu, ada juga serangkaian gempa susulan yang sangat banyak di sepanjang jalur Megathrust Andaman-Nicobar pasca gempa utama terjadi.

Bekas aktivitas tektonik juga dapat diamati dari munculnya jalur rekahan (rupture) di sepanjang zona subduksi (line source) dari sebelah barat Aceh di selatan hingga Kepulauan Andaman-Nicobar di utara sepanjang sekitar 1.500 kilometer.

Hal ini membuktikan bahwa rekahan gempa tektonik penyebab Tsunami Aceh 2004 terjadi di segmen Megathrust Aceh-Andaman.

Sumber:
sejarah.dibi.bnpb.go.id  
kompas.com (Penulis : Tim Cek Fakta, Nur Rohmi Aida | Editor : Tim Cek Fakta, Rizal Setyo Nugroho)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com