Hal ini merupakan akibat dari pergerakan Lempeng Hindia yang bergerak sekitar 50 mm/tahun yang menghimpit lempeng Sumatra-Andaman.
Tekanan yang terakumulasi sekian lama setelah lebih dari 300 tahun tidak ada gempa bumi raksasa, dilepaskan dalam satu hentakan maut dengan skala mencapai M 9,2.
Hentakan tersebut membuat pulau-pulau dan dasar lautan di timur palung sepanjang 1.600 km tersebut secara tiba-tiba terpelanting ke barat sejauh 10-30 meter, dan terangkat ke atas sejauh beberapa meter.
Dahsyatnya guncangan ditambah besarnya volume air laut yang tiba-tiba ikut terangkat akibat hentakan dasar laut yang naik tersebut yang membuat gelombang tsunami yang dihasilkan begitu besar.
Pasca Tsunami Aceh 2004, sempat beredar informasi di media sosial ledakan bom nuklir bawah laut adalah pemicu bencana ini.
Salah satu akun di Facebook mengunggah informasi dan video soal klaim tersebut pada 28 Desember 2020, yang kemudian viral di media sosial.
Unggahan tersebut juga menyertakan sebuah video penjelasan dari seseorang bernama Jerry D Gray.
Berikut narasi unggahannya:
Menurut Jerry D gray dan fisikawan Prancis. Tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004, bukan akibat gempa bumi, melainkan merupakan ledakan bom nuklir bawah laut. Percaya? Simak yaa. Just information!
Dari penelusuran dan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com,narasi tersebut tidak benar alias hoaks.
Menanggapi unggahan tersebut, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya kepada Kompas.com, Senin (22/3/2021), menegaskan bahwa tsunami di Aceh 2004 dipicu oleh gempa tektonik, dan bukan karena ledakan nuklir seperti isu yang beredar.
Daryono juga menjelaskan sejumlah bukti ilmiah yang sangat kuat untuk mendukung fakta itu, seperti data rekaman getaran tanah, dan munculnya gelombang S (Shear) yang kuat pada seismogram yang menunjukkan proses pergeseran (shearing) yang terjadi secara tiba-tiba pada kerak bumi.
Selain itu, variasi bentuk awal gelombang P berupa gerakan kompresi (naik) dan dilatasi (turun) pada seismogram yang tercatat di stasiun-stasiun seismik BMKG juga membuktikan bahwa penyebab deformasi dasar laut di Samudra Hindia sebelah barat Aceh pada 26 Desember 2004 adalah gempa tektonik
Yang tak kalah penting, gempa tektonik yang memicu tsunami Aceh 2004 tidak terjadi dengan tiba-tiba, namun ditandai dengan beberapa gempa pembuka (foreshocks) yang sudah muncul sejak tahun 2002, termasuk Gempa Simeulue 7,0 pada 2 November 2002.
Selain itu, ada juga serangkaian gempa susulan yang sangat banyak di sepanjang jalur Megathrust Andaman-Nicobar pasca gempa utama terjadi.
Bekas aktivitas tektonik juga dapat diamati dari munculnya jalur rekahan (rupture) di sepanjang zona subduksi (line source) dari sebelah barat Aceh di selatan hingga Kepulauan Andaman-Nicobar di utara sepanjang sekitar 1.500 kilometer.
Hal ini membuktikan bahwa rekahan gempa tektonik penyebab Tsunami Aceh 2004 terjadi di segmen Megathrust Aceh-Andaman.
Sumber:
sejarah.dibi.bnpb.go.id
kompas.com (Penulis : Tim Cek Fakta, Nur Rohmi Aida | Editor : Tim Cek Fakta, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.