Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Gantung Rinjani Akan Dibangun di Lahan Hutan Seluas 500 Hektar

Kompas.com - 21/12/2022, 08:51 WIB
Idham Khalid,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB menyebutkan pembuatan kereta gantung Rinjanji dan fasilitas penunjangnya akan dibangun di atas kawasan hutan seluas 500 hektar.

"Tempat bikin kereta gantung ada sekitar 500 hektar itu," kata Kepala DPMPTSP NTB Mohammad Rum melalui sambungan telepon, Rabu (21/12/2022).

Baca juga: Pembangunan Kereta Gantung Rinjani di NTB Tuai Polemik, Gubernur: Tidak Perlu Paranoid

Rum menyebutkan, pembangunan fasilitas yang menelan anggaran Rp 2,2 triliun itu dilakukan di luar kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Lokasi puncak pemberhentian kereta gantung terletak sekitar dua kilometer di bawah Pos Pelawangan Rinjani.

"Kalau dari pelawangan kan itu datar, nanti kalau ingin melihat danau ya harus berjalan kaki, itu sekitar 2-3 kilometer ke Danau Segara Anak," kata Rum.

Menurut Rum, selain kereta gantung sepanjang sembilan kilometer, fasilitas itu akan dilengkapi dengan resort dan sejumlah spot wisata berstandar dunia.

"Desainnya belum bisa dipublikasikan, tap itu sudah cukup jelas kereta gantungnya sembilan kilometer-an, kemudian bebeberapa resort yang akan mereka bangun, kemudian beberapa destinasi wisata spot wisata yang menarik, membuat lokasi kelas dunia," kata Rum.

Pembangunan proyek kereta gantung itu paling lambat dimulai pada triwulan pertama 2023. Rum mengatakan, investor sedang melakukan survei dan segera membuat kajian rencana 10 tahun ke depan.

"Hasil survei mereka dalam bentuk DED, FS, dan membuat rencana 10 tahun ke depan. Kalau itu usah selesai kemudian triwulan pertama di 2023 sudah dimulai, Maret," kata Rum.

Sebelumnya, pembangunan kereta gantung tersebut berada di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah. Peletakan batu pertama pembangunan kereta gantung dilakukan pada Minggu (18/12/2022).


Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah meminta warga tidak takut berlebihan terhadap pembangunan kereta gantung Rinjani di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah.

"Soal lingkungan, tidak selama pembangunan merusak lingkungan, seperti yang ada di China. Waspada dan hati-hati ya, tapi kita tidak perlu paranoid, seolah-olah modernitas salah dan harus kita tolak," kata Zul sapaan gubernur, Selasa (20/12/2022)

Zul tidak memungkiri perdebatan pro dan kontra pembangunan kereta gantung Rinjani. Hal itu, kata dia, terjadi karena kurangnya sosialisasi tentang pembangunan.

"Memang ada kegaduhan, mungkin karena miskomunikasi, karena semisal ada kekurangan kita akan perbaiki,  jangan bikin gaduh dulu" kata Zul.

Baca juga: Walhi NTB Tolak Groud Breaking Kereta Gantung Rinjani, Ini Alasannya

Soal isu porter yang terancam mati jika ada kereta gantung, menurut Zul hal itu dapat dilakukan peningkatan kapasitas untuk bekerja di kawasan pembangunan kereta gantung.

"Kalua porter itu tetap ada orang ada yang suka naik gunung dengan mendaki, atau bisa diupgrade dan tukar jabatannya nanti dengan adanya pembangunan ini," kata Zul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Regional
Konten Judi 'Online' dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Konten Judi "Online" dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Regional
Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Regional
Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Regional
Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Regional
Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program 'Sekolah Sisan Ngaji'

Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program "Sekolah Sisan Ngaji"

Regional
Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Regional
Pejabat DKP Banten Ditetapkan Tersangka Korupsi Breakwater Cituis

Pejabat DKP Banten Ditetapkan Tersangka Korupsi Breakwater Cituis

Regional
Ambil Formulir Pendaftaran PDI-P, Ketua DPRD Banyumas Siap Maju Pilkada Lagi

Ambil Formulir Pendaftaran PDI-P, Ketua DPRD Banyumas Siap Maju Pilkada Lagi

Regional
Viral, Video Anggota Satpol PP Makassar Dipukul Saat Razia 'Manusia Silver'

Viral, Video Anggota Satpol PP Makassar Dipukul Saat Razia "Manusia Silver"

Regional
Sepekan Banjir Rob Sayung Demak, 273 Hektar Sawah Terancam Gagal Panen

Sepekan Banjir Rob Sayung Demak, 273 Hektar Sawah Terancam Gagal Panen

Regional
Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Rumah Kontrakan Mataram NTB

Mayat Wanita Ditemukan Membusuk di Rumah Kontrakan Mataram NTB

Regional
Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com