Ia memakai kaos dalam, bawahan kain sarung, dan ikat kepala, dan koyo yang ditempel di sekujur tubuh. Lelaki itu cukup menarik perhatian anak-anak dengan balon-balon lucu yang dibawanya.
“Balon-balon ini untuk menghibur orang yang lewat. Kalau kita lari kan banyak orang terganggu. Baru tadi malam membeli di simpang lima,” ujar Irawan.
Ini bukan pertama kalinya ia memakai kostum unik. Sebelumnya pada event lari yang diikuti di Bandung ia mengenakan kostum dinosaurus.
Di samping itu, Irawan mengaku terkesan dengan beberapa ikon Kota Semarang. Seperti Simpang Lima, Lawang Sewu, dan Kota Lama.
“Saya ke sini karena 2019 saya dipanas-panasin temen saya. Katanya enak lari di Semarang, akhirnya ya saya cobain ke sini. Baru kali ini lari di Semarang. Asyik tempatnya. Asyik semarang. Sekalian healing,” ucapnya antusias.
Lebih lanjut, Kompas.com juga menemui sekumpulan peserta yang mengenakan kostum budaya dan karnaval. Daintaranya wayang orang, buto, dan kostum tema binatang yang biasa dipakai saat pawai.
Baca juga: Merek Sepatu Lari Terpopuler yang Bisa Jadi Pilihan, Apa Saja?
“Ini kan karena event di Semrang, ya sekalian mempromosikan budaya di Semarang. Makanya pilih kostum wayang orang,” tutur Fahri.
Ia, Pipi, dan keempat temannya dari Komunitas Freelatik berinisiatif mencari konsep unik yang menggambarkan budaya lokal. Mereka bahkan rela menyewa kostum sampai Kota Solo.
“Ini konsepnya kostum Gajah. Pake aja buat seru-seruan soalnya ini juga ada best costume,” imbuh Pipi.
Di samping keunikan kostum para peserta, ajang lari kali ini juga pertama kali membuka kategori anak, Kids Dash khusus usia 4-9 tahun. Diharapkan lahir bibit atlet lari dari peserta anak-anak tersebut.
Baca juga: Pertamina Eco RunFest 2022, Lomba Lari dan Festival Ramah Lingkungan
Penyelenggara Harian Kompas bersama Pemkot Semarang telah menentukan batas akhir peserta menuju garis finish selama 2 jam hingga pukul 08.00 WIB. Meski begitu banyak finisher yang tiba di menit ke-30.
Usai mengitari ikon Kota Semarang dan berhasil menembus garis finish, peserta berbondong-bondong memasuki area balai kota untuk mendinginkan tubuh setelah pertandingan.
Puluhan booth kuliner juga berderetan di sekeliling Gedung. Antuasiame peserta terlihat dari padatnya booth itu, khususnya kuliner lokal. Perhelatan ini dinilai berhasil megobati rindu penghobi lari pada event lari di Kota Semarang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.