LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Maria Novantri Anul (1), seorang balita di Kampung Golo Karot, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mengidap penyakit hidrosefalus.
Maria adalah putri dari pasangan Stanis Mbaling (35) dan Rofina Nunur (35). Kondisi Maria dari hari ke hari makin memprihatinkan karena orangtuanya memiliki keterbatasan ekonomi.
Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Bupati Manggarai Barat Ajak Wisatawan Berlibur ke Labuan Bajo
Ibunda Maria, Rofina Nunur mengatakan, buah hatinya itu lahir dalam keadaan normal. Namun, anaknya mengangis selama sepekan pada usia enam bulan.
Anaknya itu seperti merasakan rasa sakit yang luar biasa. Padahal, anaknya tak pernah seperti itu.
"Setelah sepekan dia menangis terus, mulai tampak bengkak di area kepala dan badannya kaku," tutur Rofina saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/12/2022).
Rofina menyebutkan, anaknya ternyata menderita hidrosefalus berdasarkan pemeriksaan di Puskesmas Wae Nakeng.
Selain menjalani pemeriksaan di puskesmas, Maria juga sempat diantar ke RS Siloam Labuan Bajo. Namun, pihak rumah sakit menyarankan anaknya dirujuk ke Bali.
Rofina tak bisa mengantarkan anaknya berobat ke Bali karena keterbatasan ekonomi.
"Kami tidak ada uang. Kami rawat di rumah saja sementara," ungkapnya.
Rofina yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga tak punya penghasilan. Sementara suaminya seorang petani dan pekerja serabutan.
"Kami ini mau makan saja susah. Apalagi mau biaya jalam dan hidup selama di Bali. Kami tidak punya uang pak," tuturnya sembari menangis.
Sejak anaknya menderita hidrosefalus, Rofina tak bisa berbuat apa-apa. Sang anak tidak mau digendong siapa pun, bahkan oleh ayahnya sendiri.
"Saya sekarang tidak bisa ke mana-mana apalagi mau kerja cari uang. Setiap hari di rumah jaga Maria," ucapnya.
Saat ini, kata dia, Maria tak bisa mengonsumsi makanan lain selain bubur dan susu. Karena kesulitan ekonomi, ia pernah meminta uang untuk membeli susu kepada keluarga besarnya.
"Kalau tidak begitu, dia mau makan apa. Terpaksa saya mengemis dengan keluarga untuk bisa beli susu," katanya.
Meski beban yang dipikulnya begitu berat, Rofina tidak putus asa. Ia tetap setia dan semangat mengurus anak bungsu mereka itu penuh cinta.
Sementara itu, sang ayah, Stanis Mbaling bekerja serabutan dengan upah Rp 70.000 per hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Uang hasil kerja itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Maria.
Namun, semenjak anaknya mengidap hidrosefalus, dirinya tak lagi bekerja seperti biasa. Karena sebagian waktu tersita mengurus Maria.
"Sejak dia sakit, keluarga kami juga turut sakit. Ekonomi keluarga saya lumpuh. Tidak bisa berbuat banyak," ungkap dia.
Baca juga: Pencarian Nenek yang Hilang di Sungai Wae Togong Manggarai Timur Dihentikan
Kini, ia dan istri hanya pasrah dan berharap pemerintah dan orang baik bisa menolong Maria.
"Kami hanya bisa berdoa semoga ada yang bisa membantu anak kami. Kami ingin dia mendapatkan pengobatan sesuai arahan dokter," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.