Meski sedih harta bendanya tak terselamatkan, ia tetap bersyukur masih selamat dari musibah itu. Ia juga bersyukur karena menyimpan sertifikat rumah di kampung halamannya.
“Saya bersedih semua yang saya miliki terbakar tapi saya tetap bersyukur kepada Allah kami masih diberikan keselamatan,” katanya.
Sama seperti Mudriasi, nasib serupa juga dialami Ponima (60), seorang lansia yang harus lari menyelamatkan diri dengan hanya mengenakan pakaian di badan.
Warga asal Surabaya, Jawa Timur, ini mengaku sedang menyiapkan dagangan untuk dijual ke Pasar Mardika beberapa saat sebelum kebakaran terjadi.
Tiba-tiba, ia mendengar suara gaduh di luar rumah akibat kebakaran. Ponima pun langsung keluar dari kamar dan berlari menyusuri gang sempit untuk menyelamatkan diri.
“Saya lari hanya dengan pakaian di badan, yang saya bawah hanya tas ini isinya hanya kartu keluarga dan handphone itu saja,” katanya kepada Kompas.com.
Baca juga: Tak Ada Fasilitas MCK, Pengungsi Kebakaran di Ambon: Kami Tiap Hari Numpang di Rumah Orang
Ponima hanya tinggal sendiri di rumah itu karena suaminya telah meninggal. Sementara anak semata wayangnya tinggal di Jawa Timur.
Selama tinggal di Ambon, Ponima berjualan nasi di Pasar Mardika setiap pagi. Keuntungan berjualan nasi ditabung untuk membayar kontrakan sebesar Rp 750.000 per bulan dan sewa tempat jualan Rp 450.000 per bulan.
Menurutnya setelah musibah tersebut terjadi ia hanya bisa pasrah dengan cobaan yang dihadapi saat ini. Baginya apa yang terjadi merupakan ujian dari Tuhan yang harus tetap dijalani meski sangat berat.
Ponima mengaku saat ini ia tidak bisa lagi mencari uang untuk membiayai kebutuhannya. Apalagi, barang berharga miliknya dan tempat mengais rezeki sudah terbakar.
“Saya di sini sudah tidak punya lagi apa-apa, tidak punya saudara, suami saya sudah meinggal lama dan anak saya satu-satunya ada di jawa. Musibah ini telah membuat saya kehilangan semuanya,” katanya dengan raut wajah lesuh.