Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 11 Bulan di Tasikmalaya Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut, Awalnya Demam, 2 Hari Kemudian Tiada

Kompas.com - 31/10/2022, 15:32 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menemukan 1 pasien anak usia 11 bulan meninggal akibat gagal ginjal akut misterius atau Acute Kidney Injury (AKI) saat dirawat di RSUD Soekardjo Tasikmalaya, Sabtu (29/10/2022).

Korban asal Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya tersebut awalnya mengalami demam dan sempat dibawa berobat rawat jalan di Puskesmas terdekat pada Kamis (26/10/2022).

Pasien anak itu meninggal dipastikan akibat gagal ginjal misterius usai dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diagnosa fisik saat korban mulai dirawat di RSUD Soekardjo pada Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Polri Sebut Dua Perusahaan Farmasi Disegel BPOM Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut

"Ada satu meninggal di (Kecamatan) Cipedes (Kota Tasikmalaya), satu kasus meninggal hari Sabtu (29/10/2022) kemarin. Pasien sempat dirawat (di RSUD) dan sudah direncanakan dirujuk ke RSHS (Bandung), tapi kemudian keburu meninggal," kata Kepala Dinkes Kota Tasikmalaya, Uus Supangat kepada wartawan lewat telepon, Senin (31/10/2022).

"Dua hari semalam di RSUD (Soekardjo), mau dirujuk saat itu juga, tapi pasiennya tidak bersedia. Baru keesokan harinya bersedia, tapi keburu meninggal," jelas Kepala Dinkes Kota Tasikmalaya, Uus Supangat kepada wartawan lewat telepon, Senin (31/10/2022).

Uus menambahkan, seusai mengetahui ada anak 11 bulan yang berobat ke Puskesmas dengan gejala gagal ginjal akut misterius, pihaknya langsung ke rumahnya dan meminta dirawat di RSUD kepada keluarganya.

Selama di rumah sakit, tim medis memastikan dengan melakukan pertemuan khusus dan pembahasan kasus pasien sakit akibat gagal ginjal akut misterius.

"Di RSUD kita pastikan dengan pertemuan dan keterangan para dokter dengan pembahasan kasus. (Dipastikan) Itu probable acute kidney injury (AKI), itu sudah dikatakan demikian. Dari hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil diagnosa pemeriksaan fisik," tambah Uus.

Sesaat sebelum diketahui meninggal saat akan dirujuk ke RSHS Bandung, lanjut Uus, pihaknya sudah mengecek historis penggunaan obat oleh pasien itu sebelumnya ke keluarganya.

Hasilnya, tidak ditemukan pasien meninggal tersebut akibat obat yang dilarang oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selama ini.

Baca juga: Tercatat 18 Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak di Bali, 12 Orang Meninggal

"Kita sudah bergerak mengecek obat apa saja yang sudah diberikan, kita ke rumah duka, memang kalau aspek obat yang diberikan tidak ada yang di luar ketentuan (Kemenkes). Obatnya sudah sesuai obatnya yang aman dan termasuk 33 daftar obat yang diberikan Kemenkes," ujar Uus.

Kesimpulannya, tambah Uus, kasus kematian anak akibat gagal ginjal akut misterius ini dipastikan bukan hanya akibat obat saja.

Tapi, ada penyebab lainnya selain obat mesti kepastiannya harus diselidiki lewat penyelidikan khusus terutama hasil Laboratorium dan keterangan hasil tenaga medis.

"Kasus gagal ginjal akut misterius (di Kota Tasikmalaya) ini (secara) spesifik ini tidak hanya berasal di obat, tapi bisa saja dari faktor penyebab lainnya. Kalau spesifik (kasus) di Kota Tasikmalaya ini harus ada penyelidikan. (Betul, tapi sebelumnya masih mengonsumsi obat, tapi obat yang sudah diizinkan dan direkomendasikan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com