Sehingga lokasi tersebut dimungkinkan mengawali terjadinya konflik harimau.
Sebab, karakter hewan buas itu disebut pendendam di antara satwa liar lainnya.
Namun, terlepas dari reputasinya yang menakutkan, kebanyakan harimau menghindari manusia.
Karnivora besar itu lebih memilih makan daging hewan, dibandingkan manusia.
"Cerita masyarakat turun temurun, dulunya tempat situ untuk mbantai macan. Saat ini bagi warga desa tempur sudah terbiasa melihat. Warga memilih tertutup karena juga melindungi," ujar dia.
Baca juga: Soal Dugaan Munculnya Kembali Harimau Jawa di Pegunungan Muria, Ini Penjelasan Aktivis Lingkungan
Perangkat Desa Tempur, Junaidi menyebut, pada Oktober ini, tercatat sudah ada empat ekor kambing ternak milik warga Dukuh Kemiren dimangsa hewan yang diyakini harimau Jawa.
Harimau Jawa itu juga sempat melukai seekor kambing saat tepergok Sukijan (58) pemiliknya pada Selasa (25/10/2022) malam.
"Tiga kambing mati tak utuh. Satu ekor kambing selamat dan langsung disembelih pemiliknya," kata dia.
Menurut dia, saat Pemdes Tempur mengkonfirmasi kejadian itu, warga yang melihat mengklaim ciri-ciri fisik predator kambing itu mengarah ke harimau Jawa bukan macan tutul Jawa.
"Kami tunjukkan dua gambar harimau Jawa dan macan tutul, warga bersikeras harimau Jawa. Bahkan warga ada yang melihat ngloloh atau ngasih makan anaknya. Menghebohkan karena biasanya penampakan macan tutul. Bisa saja terjadi sebab kamera trap tidak merekam seluruh kawasan hutan gunung Muria," ungkap dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor Dita Angga Rusiana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.