Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Tobat Pemburu Harimau Sumatra, Dulu Jual Rp 35 Juta Per Ekor, Kini Jadi Tukang Ojek (2)

Kompas.com - 29/10/2022, 07:08 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebagai sosok yang dituakan, Mawi memiliki peran penting dalam pertobatan sekitar 20 pemburu harimau lain.

Para mantan pemburu itu mendeklarasikan komitmen mereka di acara Seminar Nasional Perlindungan Harimau Sumatra dengan Pendekatan Norma dan Agama yang dilaksanakan di Bengkulu, Rabu (20/7/2022).

Dalam momen itu, para mantan penjagal itu menyerahkan senapan dan sling baja alat berburu mereka.

Salah satu di antara mereka adalah Mus Mulyadi yang telah membunuh harimau dari tahun 2006 hingga 2021.

Baca juga: Soal Dugaan Munculnya Kembali Harimau Jawa di Pegunungan Muria, Ini Penjelasan Aktivis Lingkungan

Mulyadi tinggal di pinggir Kota Sarolangun. Rumahnya berdinding kayu, beratap seng, dan beralas semen. Dia juga memelihara ayam di samping rumahnya.

Di usia yang baru menginjak 39 tahun, Mulyadi telah menghabisi sekitar 20 ekor harimau.

"Pertama dijual Rp 15 juta. Terakhir Rp 35 juta dan pembelinya tidak kenal datang ke rumah," katanya.

Usai bertobat kini, Mulyadi tidak memiliki pekerjaan tetap. Sesekali ia menjadi pengemudi ojek dengan pendapatan Rp 20 ribu sehari.

Kemudian ada juga Yie, pemburu harimau dari tahun 2001 hingga 2017.

Yie yang mengaku telah membunuh tujuh harimau mengatakan, alasan berburu karena tuntutan ekonomi dan tidak adanya pilihan lain pekerjaan di kampungnya.

"Seperti sekarang, setelah berhenti, saya tidak bekerja. Lalu pendapatan saya dari mana?" katanya.

Baca juga: Dinyatakan Punah Tahun 1980, Harimau Jawa Diduga Muncul dan Memangsa 4 Kambing Warga Jepara

Saya bertanya, apakah ada kemungkinan ia kembali menjadi pemburu harimau?

"Mungkin [kembali berburu lagi] saja itu ada, kalau tidak ada pekerjaan, walau sangat kecil. Pilihannya kan antara keluarga saya makan atau kami kelaparan," katanya.

Mantan pemburu ini menaruh harapan kepada pemerintah untuk memberikan alternatif pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sekaligus juga melestarikan harimau.

Di balik pengalaman mereka, Mulyadi dan Yie mengakui bahwa Mawi adalah pemburu yang telah menghabisi banyak harimau dibandingkan rekan lain di wilayahnya.

Selain pemburu, Mawi juga membawa pengepul yang sering membeli harimau darinya untuk bertobat.

Dia adalah Heriansya Putra, 35 tahun, yang kini bekerja sebagai supir travel.

Baca juga: Startup Asal Sumsel Buat Project NFT Dukung Konservasi Harimau Sumatera

Deklarasi komitmen pertobatan mantan pemburu harimau di Bengkulu, Rabu (20/07).Lingkar Inisiatif via BBC Indonesia Deklarasi komitmen pertobatan mantan pemburu harimau di Bengkulu, Rabu (20/07).
Heriansya mengaku, aktif membeli harimau dari tahun 2013 hingga akhir 2020 dengan total 13 ekor yang terdiri dari kulit, tulang, dan kumis.

"Saya beli dari pemburu Rp 12-14 juta. Lalu saya jual ke pembeli lain yang dengan harga lebih tinggi, berkali-kali lipat," katanya.

Pengalaman terakhirnya menjual harimau terjadi di tahun 2019. Ia bertemu dengan pembeli di Muara Rupit, Sumatra Selatan.

"Para pembeli itu bermobil mewah dan berani harga mahal. Kami bertemu di pinggir jalan, transaksi cepat, lalu pergi. Mereka dari Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan," katanya.

Bukan hanya membeli, Heriansya juga dulu aktif menyuplai pasokan kepada para pemburu, seperti menyediakan jerat dan perbekalan selama di dalam hutan.

"Pas ada hasil, pemburu hubungi saya. Mau bagi hasil, bayar utang atau bagaimana, yang penting saya dapat lebih dari mereka," katanya.

Baca juga: Kisah Adi, Terbangun dan Lihat Harimau Berjarak 2 Meter Darinya, Bergulat hingga Selamat

Pertobatan Mawi dan pemburu lain tidak lepas dari upaya Iswadi, 42 tahun, Ketua Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia yang dimulai sekitar tiga tahun lalu.

Iswadi yang berpengalaman di investigasi perdagangan satwa awalnya ingin menangkap Mawi. Namun saat berinteraksi dengan Mawi, dia mengubah rencana.

"Mawi punya karakter baik dan berburu karena keterpaksaan ekonomi," ujarnya.

Selain itu, berkaca dari pengalaman, kata Iswadi, penjara tidak menimbulkan efek jera bagi para pemburu.

Dalam empat tahun ke depan, Iswadi berharap dapat merangkul seluruh pemburu di lanskap TNKS.

Saya bertanya, bukankah itu terlalu ambisius? "Memang," jawab Iswadi.

"Tapi itu bisa dicapai dengan memanfaatkan jejaring dan pengaruh pemburu yang bertobat. Mimpi kami, setidaknya ancaman harimau bukan lagi dari perburuan liar," katanya.

Baca juga: Harimau Sumatera Muncul ke Permukiman Warga di Riau akibat Hutan Dibabat, BBKSDA: Habitatnya Sudah Terganggu

"Bayangkan, satu orang membunuh lebih dari 100 harimau. Ketika mereka menjadi pelindung maka akan sangat efektif dalam menjaga, bahkan menaikan populasi harimau," tambahnya.

Kunci penting dalam merangkul para pemburu, tambah Iswadi adalah dengan memberikan alternatif kegiatan yang dapat memberikan pemasukan ekonomi bagi mereka.

"Kepada pemerintah ayo kita kolaborasi. Kita bina mantan pemburu, lalu berdayakan mereka secara ekonomi dan lainnya. Mereka adalah orang yang paling dekat dengan habitat harimau Sumatra," ujar Iswadi.

Terkait dengan harapan dari para mantan pemburu, Kepala Bidang Wilayah III Provinsi Bengkulu dan Sumsel TNKS, Zainudin mengatakan, pemerintah akan bertemu dengan mereka guna membentuk kelompok kemitraan.

"Untuk membimbing mereka supaya membantu perlindungan harimau dan juga mendapatkan penghasilan ekonomi dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, seperti madu, minyak dari buah kepayang dan lainnya," katanya.

Baca juga: Saat 120 Hektar Hutan Suaka Margasatwa di Riau Dirambah, Rumah Harimau Sumatera, Gajah, hingga Tapir Terancam

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com