Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pertobatan Jagal Harimau di Rimba Sumatra, 46 Tahun Bunuh 150 Ekor Harimau (1)

Kompas.com - 29/10/2022, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Mantan pemburu liar mengaku menjerat kaki harimau dengan kawat baja, lalu membunuhnya dengan cara ditembak atau dipukul dengan kayu.

Tak berhenti, mereka mengulitinya dengan tangan dan pisau untuk memisahkan kulit, tulang dan daging.

Terkadang, beberapa dari mereka memakan daging harimau.

Bagian tubuh harimau itu kemudian beredar di pasar gelap dalam bentuk obat tradisional hingga koleksi pribadi para "pemilik mobil mewah".

Sebaliknya, jika selamat, umumnya harimau berakhir cacat yang berujung di jeruji besi taman safari dan kebun binatang.

Ini adalah pengalaman dari mantan pemburu liar yang kecanduan menghabisi ratusan harimau (panthera tigris) di rimba Sumatra.

Baca juga: Soal Dugaan Munculnya Kembali Harimau Jawa di Pegunungan Muria, Ini Penjelasan Aktivis Lingkungan

Artikel ini mengandung foto-foto dan deskripsi yang dapat menganggu kenyamanan Anda.

Juli lalu, sekitar 20 pemburu harimau di rimba Sumatra berikrar tobat. Para mantan penjagal itu mengatakan bertanggung jawab atas lenyapnya lebih dari 200 harimau Sumatra.

Jumlah itu mendekati setengah populasi harimau yang hidup di alam liar Indonesia, yang berkisar di angka sekitar 371 hingga 600-an ekor.

Sebagai upaya penebusan dosa masa lalu, mereka kini membersihkan hutan dari perangkap jerat dan menyadarkan pemburu lain untuk berhenti.

Salah satu mantan pemburu itu adalah Mawi.

Dia mengaku telah memusnahkan ratusan harimau di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) - Situs Warisan Dunia UNESCO yang melintasi empat provinsi di Sumatra.

"Saya telah membunuh harimau kurang lebih 150 ekor. Boleh dibilang terbanyak di sini," katanya.

Baca juga: Dinyatakan Punah Tahun 1980, Harimau Jawa Diduga Muncul dan Memangsa 4 Kambing Warga Jepara

Jumlah itu lebih besar dari total perkiraan harimau yang masih hidup di TNKS, sekitar 93-130 ekor, dan menjadi habitat terbesar predator puncak itu di Pulau Sumatra.

Mawi dan mantan pemburu lain kini menanti rangkulan tangan pemerintah yang mengatakan telah menyiapkan program pemberdayaan agar tidak lagi kembali ke dosa masa lalu.

Jejak-jejak darah perburuan liar adalah salah satu ancaman terbesar yang membawa harimau Sumatra berada di ambang kepunahan.

Dua saudaranya, di Jawa dan Bali telah menjadi korban yang kini tinggal sejarah dan dikenang lewat kulit hingga tulang di museum.

Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya sepuluh harimau Sumatra meregang nyawa akibat ulah manusia. Tiga di antaranya adalah seekor induk dan dua anaknya yang tewas mengenaskan akibat jerat di Aceh Timur, April lalu.

Belum lagi, mereka yang mati dalam sunyi.

Baca juga: Startup Asal Sumsel Buat Project NFT Dukung Konservasi Harimau Sumatera

Selain perburuan liar, harimau Sumatra juga harus menghadapi kerusakan hutan, konflik dengan manusia, hingga berkurangnya jumlah mangsa.

Harimau Sumatra, yang melebur dalam identitas masyarakat lokal dan ikon Indonesia di dunia, kini semakin tersudut di rumahnya sendiri dan ancaman kepunahan disebut berada di depan mata.

Agustus lalu, wartawan BBC News Indonesia Raja Eben Lumbanrau bertemu dengan para mantan pemburu itu untuk melihat pertobatan mereka dan bagaimana upaya perlindungan harimau Sumatra dari jerat pembunuh.

'Kecanduan membunuh harimau'

Mawi menggunakan kapal kayu menuju kawasan penyanggah Taman Nasional Kerinci Seblat.dokumen BBC Indonesia Mawi menggunakan kapal kayu menuju kawasan penyanggah Taman Nasional Kerinci Seblat.
Sorot matanya terlihat tenang dan sesekali memancarkan senyuman, berbeda dengan rangkaian foto dari empat tahun lalu yang saya lihat-sangat tajam dan dingin.

"Nama saya Mawi," ia memperkenalkan diri.

Para pemburu yang lain biasa menyebutnya 'datuk', sebutan untuk orang yang dituakan.

Saya bertemu dengannya di Sarolangun, Jambi, Jumat (5/8/2022) setelah melalui lima jam perjalanan mobil dari Kota Bengkulu.

Saat berbincang di rumahnya, Mawi berkali-kali menggaruk kedua kakinya yang gatal dan terlihat jelas ruam.

"Sudah segala obat dipakai, namun tidak sembuh. Mungkin ini karma akibat pasang jerat harimau yang melukai kaki," katanya.

Baca juga: Pekerja Distrik Merawang Bertaruh Nyawa saat Diserang Harimau

Awalnya, ia mengaku membunuh harimau untuk melindungi desa dari serangan binatang tersebut.

Namun dalam perkembangannya, Mawi jadi kecanduan. Apalagi, ia tergoda dengan penghasilan dari penjualan harimau.

"Saya telah membunuh harimau kurang lebih 150 ekor. Boleh dibilang saya adalah mantan pemburu terbanyak yang masih hidup di sini," katanya.

Mawi mengaku menjagal harimau dari tahun 1971, hingga akhirnya berhenti di akhir tahun 2017.

Terbanyak dalam satu bulan, dia mengingat, pernah membunuh enam harimau. Bahkan, dalam satu tahun sekitar 20 ekor harimau tewas di tangannya.

Lalu apa buktinya? Mawi menjawab, "Jika tidak percaya, silakan tanya orang-orang kampung, dan saya jelaskan semua yang saya tahu."

Baca juga: Kisah Adi, Terbangun dan Lihat Harimau Berjarak 2 Meter Darinya, Bergulat hingga Selamat

Dengan lancar Mawi menjelaskan sebagian besar pengalamannya. Ia merinci nama pembeli, tempat penjualan hingga proses memburu dan menguliti harimau.

"Saya menjual kulit, tulang dan taring harimau dari harga Rp 30.000 hingga terakhir Rp 17 juta," ujarnya sambil menyebut nama-nama oknum dari wilayah Sumatra Selatan, Jambi, hingga Bengkulu.

Terakhir kali di tahun 2017, Mawi mengaku menjual kulit, tulang, hingga taring harimau ke seseorang dari Curup, Bengkulu.

"Orang yang mau harimau banyak sekali. Terakhir, ada petugas yang melarang berburu dan melindungi harimau, malah membeli dari saya," kata Mawi.

Mawi telah menjual hasil buruannya kepada beberapa pengepul dan toko yang ada di Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Jambi.

"Kulit harimau direndam dalam spiritus agar tidak busuk lalu dibawa ke pembeli," katanya.

Baca juga: Pria di Riau Tangkap Harimau Sumatera dengan Cara Dijerat, Tulangnya Dijual

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 396 Juta, Ini Modus yang Dilakukan Kades di Blora

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 396 Juta, Ini Modus yang Dilakukan Kades di Blora

Regional
Kerusuhan Berujung Kantor Bupati Pohuwato Dibakar, Puluhan Orang Diperiksa

Kerusuhan Berujung Kantor Bupati Pohuwato Dibakar, Puluhan Orang Diperiksa

Regional
Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa Pontianak Diusulkan Masuk Kalender Pariwisata Nasional

Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa Pontianak Diusulkan Masuk Kalender Pariwisata Nasional

Regional
Kisah Pilu Bocah 4 Tahun Disiksa Ibunya di Boyolali, Diselamatkan Tetangga Saat Diikat di Pohon Pisang

Kisah Pilu Bocah 4 Tahun Disiksa Ibunya di Boyolali, Diselamatkan Tetangga Saat Diikat di Pohon Pisang

Regional
3 Kegiatan yang Dilakukan Jokowi Saat Kunker Hari Pertama ke IKN

3 Kegiatan yang Dilakukan Jokowi Saat Kunker Hari Pertama ke IKN

Regional
Sederet Fakta Patung Bung Karno di Banyuasin yang Telan Anggaran Rp 500 Juta, Dianggap Tak Mirip Soekarno

Sederet Fakta Patung Bung Karno di Banyuasin yang Telan Anggaran Rp 500 Juta, Dianggap Tak Mirip Soekarno

Regional
Warga Nagari Air Bangis: Jangan Sampai Kami Digusur...

Warga Nagari Air Bangis: Jangan Sampai Kami Digusur...

Regional
[POPULER NUSANTARA] Sopir Bus Jadi Tersangka dalam Kecelakaan Beruntun di Malang | WNA Tampar Polisi di Bali

[POPULER NUSANTARA] Sopir Bus Jadi Tersangka dalam Kecelakaan Beruntun di Malang | WNA Tampar Polisi di Bali

Regional
Saat 'Freestyle' Motor Siswa SMP Jadi Petaka bagi Bocah 8 Tahun...

Saat "Freestyle" Motor Siswa SMP Jadi Petaka bagi Bocah 8 Tahun...

Regional
Saat Pj Gubernur NTT Hentikan Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 05.30 Pagi

Saat Pj Gubernur NTT Hentikan Kebijakan Masuk Sekolah Pukul 05.30 Pagi

Regional
Mahasiswa Disabilitas Universitas Muhammadiyah Purworejo Ciptakan Pakan Ternak yang Bisa Cegah Stunting

Mahasiswa Disabilitas Universitas Muhammadiyah Purworejo Ciptakan Pakan Ternak yang Bisa Cegah Stunting

Regional
Aniaya Dua Warga di Kartasura, 9 Anggota Geng Motor Diamankan Polisi, 7 di Antaranya Masih di Bawah Umur

Aniaya Dua Warga di Kartasura, 9 Anggota Geng Motor Diamankan Polisi, 7 di Antaranya Masih di Bawah Umur

Regional
Penjabat Gubernur Gorontalo Sesalkan Kerusuhan di Pohuwato

Penjabat Gubernur Gorontalo Sesalkan Kerusuhan di Pohuwato

Regional
PSI Solo Klaim 'Kaesang Effect' Sudah Mulai Terasa

PSI Solo Klaim "Kaesang Effect" Sudah Mulai Terasa

Regional
Makam Sunan Kudus dan Tradisi Buka Luwur Tiap 10 Muharam

Makam Sunan Kudus dan Tradisi Buka Luwur Tiap 10 Muharam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com