Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinyatakan Punah Tahun 1980, Harimau Jawa Diduga Muncul dan Memangsa 4 Kambing Warga Jepara

Kompas.com - 28/10/2022, 08:23 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

JEPARA, KOMPAS.com - Harimau jawa (panthera tigris sondaica) yang dinyatakan punah tahun 1980 diduga muncul kembali. Hewan tersebut memangsa empat ekor kambing di permukiman Dukuh Kemiren, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, atau di kawasan hutan Pegunungan Muria.

Perangkat Desa Tempur Junaidi menyampaikan pada Oktober ini, tercatat sudah ada empat ekor kambing ternak milik warga Dukuh Kemiren dimangsa hewan buas yang diyakini sebagai Harimau Jawa atau dikenal "Si Loreng".

Beberapa orang pemilik ternak yang sempat menyaksikan bersikukuh kambing miliknya itu telah menjadi santapan Harimau Jawa. Terakhir pada Selasa (25/10/2022) malam, hewan karnivora itu hanya bisa melukai seekor kambing karena tepergok Sukijan (58) pemiliknya.

Baca juga: Kronologi Warga di Sukabumi Bertemu Hewan Diduga Harimau Jawa

"Tiga kambing mati tak utuh. Satu ekor kambing selamat dan langsung disembelih pemiliknya," kata Junaidi saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Jumat (27/10/2022).

Menurut Junaidi, saat Pemdes Tempur mengkonfirmasi kejadian itu, warga yang melihat mengklaim ciri-ciri fisik predator kambing itu justru lebih mengarah ke Harimau Jawa bukan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas). Pengakuan ini mengejutkan lantaran selama ini jejak yang terekam adalah macan tutul.

"Kami tunjukkan dua gambar harimau Jawa dan macan tutul, warga bersikeras Harimau Jawa. Bahkan warga ada yang melihat ngloloh atau ngasih makan anaknya. Menghebohkan karena biasanya penampakan macan tutul. Bisa saja terjadi sebab kamera trap tidak merekam seluruh kawasan hutan gunung Muria," ungkap Junaidi.

Belum terekam di kamera

Ketua Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Pegunungan Muria, Pranyoto Shofil Fu'ad mengatakan, berdasarkan data yang dimilikinya, tiga bulan lalu dilaporkan sejumlah bebek milik warga di permukiman kawasan hutan Pegunungan Muria dimangsa macan tutul.

Di antaranya di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara dan di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kudus.

"Kenapa macan tutul turun gunung ? Biasanya faktor punya anak, melindungi anaknya dari pemangsa. Jadi karakternya menjauh kawasan teritori, mendekati permukiman mencari makan untuk ngloloh anaknya," terang Pranyoto.

Dijelaskan Pranyoto, saat ini kawasan hutan di Pegunungan Muria wilayah Kabupaten Kudus, Jepara dan Pati sudah terpasang sebanyak 40 kamera trap atas gagasan berbagai pihak, termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng.

Kawasan hutan di Pegunungan Muria diidentifikasi menjadi habitat individu macan tutul jawa (Panthera pardus melas).

Pada 2019, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) merilis belasan ekor macan tutul terdokumentasi oleh kamera trap yang terpasang di sejumlah titik dalam area studi seluas 53,32 kilometer persegi.

Aktivitas pergerakan spesies salah satu "kucing besar" yang terancam punah di Indonesia itu terekam kamera jebakan yang sengaja dipajang untuk memonitoring satwa liar.

Baca juga: Macan Tutul Jawa yang Duel dengan 3 Petani Sumedang Mati Traumatik, BBKSDA Jabar: Tersisa 11 Ekor

"Kalau dugaan Harimau Jawa itu, memang sudah lama ada kesaksian warga di kawasan hutan Pegunungan Muria. Ciri-ciri fisik yang disampaikan memang serupa Harimau Jawa, hanya belum terbukti dari kamera trap. Sejauh ini cuma macan tutul," jelas Pranyoto.

Menurut Pranyoto, di lokasi ternak Desa Tempur yang diincar hewan buas yang diduga harimau itu, dahulunya diakui warga sebagai tempat pembantaian harimau.

Dari situlah dimungkinkan konflik harimau diawali. Hal ini menyusul karakternya yang disebut pendendam di antara satwa liar lainnya. Terlepas dari reputasinya yang menakutkan, kebanyakan harimau menghindari manusia.

Karnivora besar tersebut lebih memilih makan daging hewan, dibandingkan manusia.

"Cerita masyarakat turun temurun, dulunya tempat situ untuk mbantai macan. Saat ini bagi warga desa tempur sudah terbiasa melihat. Warga memilih tertutup karena juga melindungi," pungkas Pranyoto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal Kereta Majapahit Ekonomi dan Harga Tiket Malang-Pasar Senen PP

Jadwal Kereta Majapahit Ekonomi dan Harga Tiket Malang-Pasar Senen PP

Regional
Dianggarkan Rp 30 M, Pembangunan Tanggul Permanen Sungai Wulan Demak Ditarget Kelar Pertengahan 2024

Dianggarkan Rp 30 M, Pembangunan Tanggul Permanen Sungai Wulan Demak Ditarget Kelar Pertengahan 2024

Regional
Penumpang Kapal Terjebak 5 Jam di Merak, BPTD Akan Tegur Operator ASDP

Penumpang Kapal Terjebak 5 Jam di Merak, BPTD Akan Tegur Operator ASDP

Regional
Raih Gelar S3 dengan IPK sempurna, Mbak Ita Bakal Ikut Wisuda Ke-174 Undip Semarang

Raih Gelar S3 dengan IPK sempurna, Mbak Ita Bakal Ikut Wisuda Ke-174 Undip Semarang

Regional
Pelaku Penusukan Mantan Istri di Semarang Dibekuk, Kaki Kanannya Ditembak

Pelaku Penusukan Mantan Istri di Semarang Dibekuk, Kaki Kanannya Ditembak

Regional
Debt Collector dan Korban Pengadangan di Pekanbaru Berdamai

Debt Collector dan Korban Pengadangan di Pekanbaru Berdamai

Regional
Mantan Pj Bupati Sorong Divonis 1 Tahun 10 Bulan dalam Kasus Korupsi

Mantan Pj Bupati Sorong Divonis 1 Tahun 10 Bulan dalam Kasus Korupsi

Regional
Alasan Golkar Lirik Irjen Ahmad Luthfi Maju di Pilgub Jateng 2024

Alasan Golkar Lirik Irjen Ahmad Luthfi Maju di Pilgub Jateng 2024

Regional
Tarik Minat Siswa Belajar Bahasa Jawa, Guru SMP di Cilacap Gunakan Permainan Ular Tangga

Tarik Minat Siswa Belajar Bahasa Jawa, Guru SMP di Cilacap Gunakan Permainan Ular Tangga

Regional
Pj Gubernur Al Muktabar Tegaskan Bank Banten Punya Performa Baik dan Sehat

Pj Gubernur Al Muktabar Tegaskan Bank Banten Punya Performa Baik dan Sehat

Regional
Demam Berdarah di Demak Mengkhawatirkan, Pasien di RSUD Sunan Kalijaga Terus Meningkat

Demam Berdarah di Demak Mengkhawatirkan, Pasien di RSUD Sunan Kalijaga Terus Meningkat

Regional
Hadiri Rapat Paripurna DPRD, Pj Gubernur Fatoni Ajukan 6 Ranperda Provinsi Sumsel

Hadiri Rapat Paripurna DPRD, Pj Gubernur Fatoni Ajukan 6 Ranperda Provinsi Sumsel

Regional
Anak Mantan Bupati Sragen Daftar Pilkada 2024: Maju Lewat Demokrat, Lulusan Luar Negeri

Anak Mantan Bupati Sragen Daftar Pilkada 2024: Maju Lewat Demokrat, Lulusan Luar Negeri

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Aparat Desa di Nagekeo NTT Tenggelam Saat Memanah Ikan di Laut, hingga Kini Belum Ditemukan

Aparat Desa di Nagekeo NTT Tenggelam Saat Memanah Ikan di Laut, hingga Kini Belum Ditemukan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com