"Termasuk pemerkosaan mahasiswi oleh dosen, ada juga kasus memperkosa adik ipar di depan anaknya yang masih kecil sehingga anak itu trauma dan dirujuk ke tempat ini. Jadi, banyak persoalan yang kita tangani,” tambah Hanisah.
Kini, 12 tahun setelah peristiwa pengusiran itu, Dayah Diniyah Darussalam disebut Hanisah telah menangani ratusan perempuan korban kekerasan seksual.
Menurut Hanisah, banyak dari penyintas ini sekarang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil, guru, hingga pimpinan pesantren.
“Jadi kalau bukan kita, pimpinan dayah [atau] ulama yang melihat [korban], siapa lagi?” ujar perempuan yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat ini.
Orang awam, sebut dia, kerap melihat perbuatan kekerasan seksual sebagai perbuatan keji. Namun jarang mau merangkul korban.
“Tapi itulah yang harus kita tampung, kita bina, kita rangkul. Supaya mereka menjadi manusia yang baik, yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri,” tukas dia.
Baca juga: Ibu Muda di Sumsel Diperkosa Tetangganya, Tangan Diikat dan Diancam Dibunuh
Di rumah aman Hanisah mengatakan semua korban kekersan seksual dibina atas nama santri.
Latar belakang korban yang datang juga hanya diketahui oleh satu atau dua orang dewan guru, dan tidak dibuka kepada santri yang lain.
“Sengaja disembunyikan untuk menghindari intimidasi atau kata-mengatai, sehingga korban bisa bergaul dengan santri lain,” terangnya.
Setiap korban yang datang ke Dayah Diniyah Darussalam diperkenalkan sebagai seorang santri yang hendak menuntut ilmu agama, kemudian korban akan didampingi oleh seorang guru yang juga merupakan penyintas.
Selain menguatkan korban dengan pendekatan Islami, Hanisah juga mengajak para korban untuk bangkit dalam menghadapi kehidupan.
Baca juga: Kronologi Remaja 13 Tahun di Bogor Diperkosa Tetangga hingga Hamil
“Percaya bahwa kejadian itu bukan kita sengaja. Kita hidup di dunia selalu ada yang salah. Memperbaiki diri dengan tauhid dan tasawuf untuk merendah dan mengenal diri,” ujar Hanisah.
“Sesekali liburan bersama,” imbuhnya sambil tersenyum.
Baginya, tinggal di Dayah Diniyah Darussalam menjadi pilihan tepat saat dirinya mengaku sangat membutuhkan dukungan dan perlakuan baik dari orang-orang di sekelilingnya.
“Pertama kali saya kenal Umi, saya sangat membutuhkan dukungan. Di sana, saya merasa tidak takut, sangat nyaman,” kata Malika yang mengaku diperkenalkan kepada Hanisah oleh seorang teman.
Kata dia, semua teman di rumah aman itu dan juga memperlakukannya dengan sangat baik.
Sebagai korban pemerkosaan, Malika berkata ada kalanya dia merasa tidak lagi punya tujuan hidup, tidak bisa mengambil keputusan sendiri, dan merasa mentalnya tidak stabil.
Baca juga: Ayah di Wonogiri Perkosa Anak Kandung di Kamar Hotel hingga Hamil
Di sini, dia bisa membenahi diri secara spiritual dan menata kembali mimpi yang sebelumnya hancur berantakan.
“Kita sebagai perempuan dengan hal-hal yang pernah membuat kita sakit itu… Kita tidak boleh larut di situ. Kita masih punya harapan agar hidup lebih bagus, kita masih punya masa depan,” ujar dia.