Dia meminta setiap orangtua dan sekolah dapat lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak dalam penggunaan teknologi termasuk saat mengakses internet.
Sehingga orangtua harus melakukan kontrol.
Anak-anak boleh menggunakan teknologi namun harus diawasi.
"Ada konten porno jangan diakes, dan kalau ada orang yang tidak dikenal ajak untuk ketemu lewat medsos jangan ditanggapi,” kata dia.
Baca juga: Kasus Pemerkosaan Bocah 8 Tahun di Ambon, Pelaku dan Korban Tetangga Dekat
Faktor kedua, kata Bay, adalah soal gaya hidup dan kurangnya perhatian orangtua terhadap anaknya.
Menurutnya perhatian orangtua kepada anak yang minim membuat anak memilih mencari kenyamanan di luar rumah sambil berinteraksi dengan dunia luar.
Dalam beberapa kasus, anak-anak yang dipengaruhi gaya hidup berlebihan akan mudah dipengaruhi.
“Mereka dipengaruhi dengan gaya hidup misalnya pingin punya handphone yang bagus, terus pingin punya pulsa lalu teman kadang-kadang mengajak mereka ke hal-hal yang tidak baik, jadi pergaulan ini juga penting,” ungkapnya.
Baca juga: Gerebek Anggota DPRD Maluku Tengah Bersama Wanita Lain di Hotel, Istri Lapor Polisi
Ia mengaku kasus kekerasan terhadap anak di kota Ambon sangat tinggi setiap tahun bila dibanding dengan 10 kabupaten kota lainnya di Maluku.
Umumnya kasus kekersan seksual yang terjadi di Ambon selama ini rata-rata pelakunya adalah orang-orang terdekat korban.
“Itu berarti fenomenanya di rumah sudah tidak aman, di lingkungan masyarakat tidak aman dan di sekolah juga tidak aman,” katanya.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulteng, Sultra, Maluku, Malut, Papua, dan Papua Barat 18 Oktober 2022