Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Fenomena Burung Bermigrasi yang Melintasi Samudra dan Benua

Kompas.com - 05/10/2022, 09:34 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Jutaan individu burung dari berbagai jenis terbang melintasi samudra dan benua, melewati batas-batas administrasi negara. Badai, panas matahari, kebakaran hutan, hingga peperangan tak menghentikan perjalanan akbar tahunan ini.

Fenomena alam ini terjadi sebagai siklus penuh rahasia, bagaimana para burung ini menentukan waktu keberangkatan, memahami rute perjalanan, menyiapkan kemampuan fisik hingga menghadapi rintangan di depan, menentukan waktu kembali untuk berbiak.

Kehadiran kawanan burung ini, bisa juga terlihat hanya seekor, dapat diamati di kawasan lahan basah (wetland) seperti danau, sungai, sawah, pantai atau rawa-rawa. Di hutan, perkotaan atau permukiman juga ada, namun yang lebih mudah diamati adalah kehadiran burung-burung air.

Baca juga: Jenis Migrasi dan Contohnya

“Burung air bermigrasi ini termasuk burung pantai, anatidae, jenjang, dan burung laut dan beberapa kelompok lainnya,” kata Ragil Satriyo Gumilang koordinator pelaksana Asian Waterbird Census (AWC) Indonesia, Rabu (5/10/2022).

Ragil menyebut keluarga anatidae ini seperti bebek, mentok, angsa, sementara jenis burung laut seperti titihan, pecuk, camar, penggunting-laut, dan auk.

Yus Rusila Noor dari Wetlands International Indonesia menjelaskan, migrasi merupakan kegiatan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Dalam dunia binatang, migrasi biasanya diartikan sebagai perpindahan, baik secara horizontal maupun vertikal, yang dilakukan pulang-pergi secara teratur dimaksudkan untuk menghindari kondisi yang tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan kehidupannya.

Menurutnya migrasi sangat nampak terlihat dalam dunia burung. Setiap tahun, jutaan ekor burung melakukan migrasi dari lokasi tempat mereka berbiak menuju lokasi lain yang secara ekologis dapat menyediakan kebutuhan untuk makan dan melanjutkan hidupnya.

“Umumnya terjadi akibat kondisi cuaca ekstrem yang menimpa lokasi tempat berbiak. Selama musim dingin, tempat mereka berbiak akan dipenuhi dengan salju, sehingga harus mencari tempat yang lebih hangat dan menyediakan sumber makanan yang berlimpah,” kata Yus Rusila Noor.

Baca juga: Tak Cuma Bikin Tubuh Menyusut, Perubahan Iklim Juga Ubah Rute Migrasi Burung

Iwan Hunowu, Sulawesi Program Manager Wildlife Coservation Society (WCS) menyebut alasan burung-burung ini berpindah karena 2 faktor, ketersediaan pakan (makanan) dan perubahan suhu.

Ia menjelaskan migrasi burung ini merupakan perjalanan musiman yang dilakukan setiap tahun oleh banyak jenis burung, jaraknya bisa mencapai ribuan kilometer. Umumnya dilakukan di musim gugur (autum) dan semi (spring). Di musim gugur, perjalanan dilakukan dari tempat berbiak di bumi bagian utara ke daerah panas di bumi bagian selatan, dan sebaliknya.

Berkik ekor Lidi atau Pintail Snipe (Gallinago stenura) tengah mencari makan di Danau limboto Gorontalo. Burung ini memiliki kawasan berbiak di eurasia hingga sebagian asia tengah.KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR Berkik ekor Lidi atau Pintail Snipe (Gallinago stenura) tengah mencari makan di Danau limboto Gorontalo. Burung ini memiliki kawasan berbiak di eurasia hingga sebagian asia tengah.

Burung-burung ini melakukan perjalanan panjang karena faktor ketersediaan pakan dan perubahan suhu.

Menjelang musim dingin di bumi belahan utara ketersediaan pakan mulai berkurang, tanaman menggugurkan daun-daunan sebagai adaptasi memasuki perubahan musim.

Sebelum itu, para burung telah menggemukkan badan dengan banyak mengonsumsi makanan, berat badan mereka bertambah sebagai bekal perjalanan jauhnya.

Perubahan suhu yang mulai turun ini menjadi awal perjalanan migrasi mereka ke daerah yang bersuhu hangat, ke arah bumi bagian selatan yang berlimpah makanan.

Baca juga: Misteri Migrasi Burung hingga Ribuan Kilometer Hampir Terpecahkan

Perubahan suhu ini juga menjadi faktor yang memaksa mereka harus mencari lokasi lain yang menjamin kelangsungan hidupnya, jika masih bertahan di tempat berbiaknya suhu dingin akan membekukan mereka tanpa makanan, kemungkinan kematian akan menjemputnya.

Menjelang musim dingin tiba secara bertahap para burung ini mulai melakukan pengembaraannya mencari ruang hidup yang nyaman dengan terbang ke arah selatan. Dari pulau ke pulau, melintasi bukit, permukiman, gunung, laut, dan samudra.

Ini dilakukan semua jenis burung, mulai yang kecil seperti burung robin yang biasanya melakukan migrasi pada malam hari, atau pada burung besar seperti Ibis Rokoroko (Plegadis falcinellus) dan burung pemangsa biasanya bermigrasi di siang hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Regional
Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Regional
Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Regional
Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Regional
PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

Regional
DBD di Lampung Melonjak, Brimob 'Gempur' Permukiman Pakai Alat 'Fogging'

DBD di Lampung Melonjak, Brimob "Gempur" Permukiman Pakai Alat "Fogging"

Regional
Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Tetap Jalankan Tugas Wali Kota Solo Sampai Dilantik Jadi Wapres, Gibran: Itu Perintah Pak Presiden Terpilih

Regional
Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan 'Dijual' Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Cerita Bocah 15 Tahun di Bengkulu, Diperkosa Kakak dan "Dijual" Rp 100.000 oleh Ibu ke Pacarnya

Regional
Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Mengenal Agrowisata Petik Buah Girli Ecosystem Farming Milik Adi Latif Mashudi (Bagian 3)

Regional
Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Dugaan Malapraktik di Banjarmasin, Anggota Tubuh Terpisah Saat Dilahirkan

Regional
Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Lewat Explore South Sumatera Expo 2024, Pj Gubernur Fatoni Promosikan Potensi Wisata hingga Seni Budaya Sumsel

Regional
Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com