Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Fenomena Burung Bermigrasi yang Melintasi Samudra dan Benua

Kompas.com - 05/10/2022, 09:34 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Misalnya sebuah rawa yang menyediakan air dan pakan tempat persinggahan burung tiba-tiba sudah diuruk dan berubah menjadi permukiman atau perkantoran, maka burung-burung tersebut kehilangan tempat beristirahat dan mencari makan. Ancaman ini yang terus mengintai dalam perjalanan Panjang mereka.

“Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama internasional di seluruh wilayah migrasi untuk melestarikan dan melindungi burung air yang bermigrasi dan habitat tempat mereka bergantung,” ujar Ragil Satriyo Gumilang.

Ragil menjelaskan dalam jaringan kerja lokasi jalur terbang (Flyway Site Network) di jalur terbang Asia Timur-Australasia terdapat lebih dari 700 lokasi lahan basah, sejauh ini diketahui memenuhi salah satu kriteria sebagai lokasi penting bagi burung bermigrasi, dan 151 di antaranya, telah dimasukan kedalam jaringan kerja lokasi jalur terbang.

Baca juga: Yuk Berwisata Sambil Mengamati Migrasi Burung di Pusunge

Menurutnya kerja sama para pihak di jalur terbang Asia Timur-Australasia (EAAF Partnership) merupakan kemitraan pelestarian burung air bermigrasi yang penting dan strategis.

Kemitraan ini dibentuk di Bogor pada 2006, dan saat ini beranggotakan setidaknya 22 negara, organisasi antar pemerintah, organisasi non-pemerintah dan swasta sebagai Mitra.

“Kemitraan EAAF dibentuk sebagai inisiatif yang bersifat informal dan sukarela dengan tujuan untuk melindungi burung air bermigrasi, habitatnya serta mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada kehadiran lahan basah,” tutur Ragil.

Untuk menjalankan fungsinya, kemitraan ini didukung oleh kelompok kerja seperti kelompok shorebirds, anatidae, cranes, seabirds, avian influenza, black-faced spoonbill dan Capacity Education and Public Awareness (CEPA) serta satuan tugas yang bergerak berdasarkan wilayah dan jenis burung air bermigrasi tertentu.

Fenomena migrasi burung ini merupakan peristiwa alam yang menarik, sehingga banyak yang menanti saat kedatangan para burung ke lokasi favorit, terutama burung air dan pemangsa. Di Gorontalo, pengamatan burung air bermigrasi ini dilakukan di Danau Limboto, sebuah kawasan lahan basah yang kaya substrat.

Danau Limboto merupakan danau endapan, sepanjang tahun menerima kiriman sedimen dari 23 sungai dan anak sungai. Dalam sedimen inilah yang menjadi habitat hewan-hewan kecil yang menjadi makanan para burung pendatang.

Baca juga: Kematian Mengintai Burung yang Bermigrasi Lintas Benua, Apa Sebabnya?

Kegiatan menyambut kedatangan burung perancah di danau pertama kali dilakukan oleh sejumlah penggiat lingkungan sejak tahun 2014. Mungkin ini kegiatan yang pertama untuk wilayah Sulawesi.

Seorang fotografer satwa liar Gorontalo Idham Ali berhasil mendokumentasikan gajahan kecil Gajahan Kecil atau Little Curlew (Numenius minutus) di Danau Limboto pada Oktober 2014. Burung berparuh Panjang ini diduga tengah melakukan perjalanan balik dari Australia ke tempat berbiaknya di Rusia.

“Setahun kemudian pada Agustus 2015 juga terdokumentasikan kelompok Kedidi Golgol atau Curlew Sandpiper (Calidris ferruginea) yang tengah mencari makan, saat itu danau Limboto tengah suruh. Salah satu burung mengenakan bendera di salah satu kakinya,” ujar Iwan Hunowu.

Dari hasil korespondensi dengan para ahli, sesuai warna bendera yang dikenakan burung kedidi golgol ini diketahui burung ini pernah diangkap oleh para ornitolog Australasian Wader Studies Group untuk dipasang bendera.

Baca juga: Bukan di Danau Limboto, Burung Bermigrasi Lebih Mudah Diamati di Persawahan Sampingnya

Bendera burung ini berwarna oranye terpasang pada tibia (kaki atas) yang ditandani di Victoria Australia. Dari hasil pengamatan di Danau Limboto diketahui penampakan kembali usai ditandai berjarak sekitar 4794 km, dengan arah 327 derajat dari lokasi penandaan awal.

Pemasangan bendera (juga cincin) pada burung setidaknya menunjukkan pola migrasi, dari lokasi tertentu ke daerah lain. Para pengamat dan ahli bisa slaing melaporkan jika menemukan burung-burung yang telah ditandai.

Perangkat yang lebih maju seperti penggunaan chip elektronik juga telah disematkan pada burung, dengan perangkat elektronik ini bisa diketahui secara pasti pergerakan dan keberadaan burung. Perangkat ini bisa menggunakan gelombang radio atau bahkan bisa dipantau melalui satelit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com