PEKANBARU, KOMPAS.com- Ratusan ekor kerbau di tiga daerah di Kabupaten Kampar, Riau, diserang penyakit Septicaemia Epizootica (SE).
Penyakit ini menyerang kerbau meski penyakit mulut dan kuku (PMK) belum usai menyerang kerbau maupun sapi ternak.
Tiga daerah yang banyak ditemukan kerbau terkena penyakit ngorok, yakni di Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Desa Gunung Bungsu dan Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
Baca juga: Septicaemia Epizootica, Penyebab Banyak Kerbau Mati Mendadak di Kampar Riau
Kerbau yang mengalami penyakit ngorok, banyak yang dipotong paksa oleh pemiliknya lalu dijual.
Seperti pengakuan warga di Desa Tanjung, mereka memotong paksa kerbau sebelum mati lalu dagingnya dijual.
Pemilik ternak mengaku tak berani memakan dagingnya, karena takut tertular penyakit tersebut. Bahkan isi perutnya dibuang.
Lantas, amankan daging kerbau yang terkena penyakit ngorok dikonsumsi?
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Deyus Herman menyatakan bahwa kerbau yang terkena penyakit ngorok, dagingnya aman dikonsumsi.
"Dagingnya aman dikonsumsi. Tidak masalah. Penyakit itu hanya menular sesama hewan. Cuma ya kita sarankan cukup dagingnya saja yang dimakan, tidak untuk isi dalam perutnya," ucap Deyus kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (8/9/2022).
Baca juga: Banyak Kerbau Mati Mendadak di Kampar Riau, Warga Gelar Doa Tolak Bala
Sementara itu, Deyus menyatakan bahwa kerbau yang terkena penyakit ngorok masih bisa diobati.
Sebab, kata dia, saat ini peternak di tiga desa itu banyak yang memotong paksa kerbaunya lalu dijual, karena takut keburu mati.
"Peternak ini karena panik makanya kerbau dipotong paksa lalu dijual. Padahal masih bisa diobati, dan kami sudah melakukan penanganan. Seperti disuntik vaksin dan vitamin. Beberapa ternak yang kena diobati dan bisa sembuh," sebut Deyus.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.