Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Viralnya "Ojo Dibandingke" dan Fenomena Musik Kampung yang Naik Kelas

Kompas.com - 20/08/2022, 08:00 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - "Ojo Dibandingke" menjadi viral usai dibawakan Farel Prayoga dalam peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Rabu (17/8/2022).

Lagu tersebut membuat sejumlah menteri dan tokoh penting negara berjoget.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bahkan tampak menikmati saat-saat tembang dangdut tersebut dibawakan.

Pencipta "Ojo Dibandingke", Abah Lala, mengatakan, lagu tersebut terinspirasi dari kejadian nyata soal pahitnya asmara yang dialami temannya.

"Sing arep dipek bojo (yang mau dinikahi), ternyata dijodohkan dengan polisi. Dibanding-bandingne, tak kiro idaman jebulane geleman. Itu kisah nyata orangnya juga ada nih," ujarnya, Rabu.

Baca juga: Abah Lala Pencipta Lagu Ojo Dibandingke Bangga Lagunya Viral hingga Dinyanyikan di Istana, Ini Maknanya

Musisi asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, ini menceritakan bahwa beberapa lirik dalam "Ojo Dibandingke" ditemukan secara spontan saat ia sedang berkendara.

"Bait nomor dua kan ada kata kata, 'Tak oyako aku yo ra mampu (meskipun aku kejar aku juga enggak mampu), sak kuatku aku mencintaimu,' kan ada itu. Itu saya dapatkan saat saya baru perjalanan naik, pas di Boyolali," ucapnya.

Lirik tersebut tercipta setelah dirinya disalip mobil sambil si pengendara menggeber gas.

"Pas saya naik motor, terus disalip mobil sama di-bleyer gitu, terus saya bilang gini, tak oyako (ngejar) yo ra mampu, sepeda motor kok ngoyak mobil. Jadi itu pengalaman saya, dan saya kumpulkan," ungkap pria bernama asli Agus Purwanto ini.

Soal penggunaan kata "dibandingke, menurut Abah Lala kata itu dipakai karena belum pernah dibuat atau ditulis menjadi lagu. Kata tersebut, terangnya, dipakai untuk memberikan ciri khas.

Saat disinggung soal kesan lagu ciptaannya dinyanyikan di Istana Merdeka, Abah Lala merasa bangga.

"Yang jelas tanggapan itu saya bangga sekali," tuturnya.

Baca juga: Kala Ojo Dibandingke Menggoyang Istana, Jadi Potret Musisi Daerah Kuasai Jakarta...

 

Lagu viral Ojo Dibandingke diciptakan oleh Abah Lala. Lagu ini menjadi semakin viral usai dinyanyikan Farel Prayoga saat peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta.YOUTUBE.COM / DC. Production Lagu viral Ojo Dibandingke diciptakan oleh Abah Lala. Lagu ini menjadi semakin viral usai dinyanyikan Farel Prayoga saat peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta.

Sebelum "Ojo Dibandingke" menjadi perbincangan khalayak, lagu berhasa Jawa tersebut lebih dulu dikenal lewat YouTube dan media sosial.

Lagu itu meledak usai dibawakan Abah Lala bersama penyanyi dangdut, Denny Caknan. Hingga berita ini ditulis, video duet Abah Lala dan Denny Caknan telah ditonton lebih dari 29 juta kali.

"Ojo Dibandingke" kemudian di-cover oleh penyanyi-penyanyi lain, salah satunya Farel Prayoga.

Terkait viralnya "Ojo Dibandingke", Aris Setiawan, etnomusikolog Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah, memberikan tanggapannya.

Menurut Aris, "Ojo Dibandingke" bisa viral lantaran berkembangnya teknologi. Kini, musisi-musisi, khususnya dari luar Jakarta, bisa menuangkan karyanya ke platform digital yang bisa diakses oleh semua orang.

"Dengan itu industri bisa merata dan mereka memiliki kesempatan yang sama. Publik pun bisa menentukan pilihannya sendiri tanpa dikooptasi oleh media," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Baca juga: Mengenal Farel Prayoga, Bocah Asal Banyuwangi yang Goyang Istana dengan Lagu Viral Ojo Dibandingke

Aris menilai, kemunculan musisi-musisi, terutama dangdut, dari luar Jakarta, menjadi potret bergeraknya episentrum musik.

Jika dulu Jakarta dikenal dengan hegemoni musik pop, kini hal itu "dipatahkan" oleh musisi-musisi dari daerah.

"Dalam konteks musik, ini menunjukkan kuasa Jakarta tidak sama seperti dulu. Kini, Jakarta tak lagi jadi barometer musik," terangnya.

Ditambah lagi, penyanyi-penyanyi dari daerah, sebut saja Via Vallen, Didi Kempot, hingga Farel Prayoga, kerap mendapat panggung-panggung besar di Jakarta.

"Munculnya 'Ojo Dibandingke' di Istana semacam gambaran episentrum musik bergerak, tak lagi di Jakarta, tetapi ke daerah," tandasnya.

Baca juga: Kisah di Balik Lagu Ojo Dibandingke, Ternyata Terinspirasi dari Kejadian Nyata Getirnya Asmara

 

Apakah dangdut naik kelas?

Farel bernyanyi di depan Bupati dan para ASN di Kantor Pemkab Banyuwangi (Kompas.com/Rizki Alfian Restiawan) Farel bernyanyi di depan Bupati dan para ASN di Kantor Pemkab Banyuwangi

Ketika ditanya soal mengalunnya "Ojo Dibandingke" di Istana apakah menjadi potret dangdut naik kelas, Aris menyetujuinya.

Di samping itu, dibawakannya "Ojo Dibandingke" di Istana bisa menjadi legitimasi bahwa musik dangdut tak bisa dipandang sebelah mata.

"Tentu adanya dangdut di peristiwa 17 Agustus dengan hadir di Istana, bagi saya ini menjadi legitimasi kuat," sebutnya.

Aris berpandangan bahwa perkembangan musik selalu melintas di jalur yag sama dan nantinya akan kembali ke titik semula.

Dulu, dangdut menjadi perbincangan lantaran dipopulerkan oleh Rhoma Irama. Rhoma meracik dangdut dengan sentuhan rock. Dalam lagu-lagunya, ia memotret kehidupan manusia dan tak jarang menyelipkan petuah lewat lirik.

Baca juga: Sosok Winda, Penerjemah Bahasa Isyarat Upacara HUT RI yang Viral Jogeti Lagu Ojo Dibandingke

Seiring waktu, dangdut dinilai turun kelas dan bahkan dikonotasikan sebagai musik "esek-esek" karena mempertontonkan jogetan biduan yang dianggap vulgar.

Namun, kini, Aris menilai dangdut telah kembali ke "khitah"-nya.

"Saat ini mulai bermunculan musisi-musisi dangdut yang kreatif dari daerah. Mereka memasukan idiom-idiom musik daerah. Di Ponorogo memadukan musik jaranan, Banyuwangi kendang kempulan, Sunda dengan jaipong. Semua bersinergi. Hanya dangdut yang bisa mengakomodasi itu karena dangdut adalah musik rakyat," urainya.

Kini, seiring berkembangnya teknologi, musisi-musisi, khususnya dangdut, dari daerah bisa menunjukkan eksistensinya.

"Ini menjadi semacam ruang musisi kampung menunjukkan eksistensi diri lantaran mereka tak dapat ruang di belantika musik pop. Persaingan tak lagi soal koneksivitas. Sekarang orang punya kesempatan sama lewat media sosial," bebernya.

Aris kemudian mencuplik sebuah anekdot yang pernah ia dengar.

"Jangan pernah bermimpi menjadi musisi pop karena dengan berdangdut saja sudah viral," pungkasnya.

Baca juga: Dulu Pernah Mengamen, Farel Prayoga Kini Tampil di Panggung hingga Menggoyang Istana

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com