Ketika ditanya soal mengalunnya "Ojo Dibandingke" di Istana apakah menjadi potret dangdut naik kelas, Aris menyetujuinya.
Di samping itu, dibawakannya "Ojo Dibandingke" di Istana bisa menjadi legitimasi bahwa musik dangdut tak bisa dipandang sebelah mata.
"Tentu adanya dangdut di peristiwa 17 Agustus dengan hadir di Istana, bagi saya ini menjadi legitimasi kuat," sebutnya.
Aris berpandangan bahwa perkembangan musik selalu melintas di jalur yag sama dan nantinya akan kembali ke titik semula.
Dulu, dangdut menjadi perbincangan lantaran dipopulerkan oleh Rhoma Irama. Rhoma meracik dangdut dengan sentuhan rock. Dalam lagu-lagunya, ia memotret kehidupan manusia dan tak jarang menyelipkan petuah lewat lirik.
Baca juga: Sosok Winda, Penerjemah Bahasa Isyarat Upacara HUT RI yang Viral Jogeti Lagu Ojo Dibandingke
Seiring waktu, dangdut dinilai turun kelas dan bahkan dikonotasikan sebagai musik "esek-esek" karena mempertontonkan jogetan biduan yang dianggap vulgar.
Namun, kini, Aris menilai dangdut telah kembali ke "khitah"-nya.
"Saat ini mulai bermunculan musisi-musisi dangdut yang kreatif dari daerah. Mereka memasukan idiom-idiom musik daerah. Di Ponorogo memadukan musik jaranan, Banyuwangi kendang kempulan, Sunda dengan jaipong. Semua bersinergi. Hanya dangdut yang bisa mengakomodasi itu karena dangdut adalah musik rakyat," urainya.
Kini, seiring berkembangnya teknologi, musisi-musisi, khususnya dangdut, dari daerah bisa menunjukkan eksistensinya.
"Ini menjadi semacam ruang musisi kampung menunjukkan eksistensi diri lantaran mereka tak dapat ruang di belantika musik pop. Persaingan tak lagi soal koneksivitas. Sekarang orang punya kesempatan sama lewat media sosial," bebernya.
Aris kemudian mencuplik sebuah anekdot yang pernah ia dengar.
"Jangan pernah bermimpi menjadi musisi pop karena dengan berdangdut saja sudah viral," pungkasnya.
Baca juga: Dulu Pernah Mengamen, Farel Prayoga Kini Tampil di Panggung hingga Menggoyang Istana
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.