Hingga suatu hari, Soekarno tidak punya kekuatan untuk duduk di bawah pohon dan tak dapat bangun dari tempat tidur.
Dari hasil pemeriksaan dokter, Soekarno divonis menderita malaria.
Baca juga: Kisah Soekarno dan Petani Marhaen di Bandung
Sakitnya Soekarno menjadi perhatian sahabat-sahabatnya di Pulau Jawa. Mereka mengajukan protes ke Volksraad.
Hingga Kolonial Belanda mengumumkan melalui radio jika Soekarno akan dipindahkan ke pengasingan lain.
Setelah lima tahun di Ende, pada Februari 1938, Soekarno dan keluarganya dipindahkan dari Flores. Keberangkatan Soekarno diantar oleh warga Ende di pelabuhan. Ia pun dinaikkan ke kapal dagang menuju Bengkulu.
Pada tahun 1951, untuk pertama kalinya Soekarno kembali ke Ende setelah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Baca juga: Peci Hitam Soekarno
Dalam kunjungannya, ia menyatakan keinginannya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum.
Pada kunjungannya yang kedua pada tahun 1954, Ir. Soekarno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum”.
Rumah Pengasingan tersebut kemudian ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya berperingkat Nasional dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.
Sementara itu tempat perenungan Soekarno dikenal dengan dengan nama aman Renungan Bung Karno atau sering disebut Taman Renungan Pancasila.
Baca juga: Kisah Asmara Orangtua Sukarno, Guru Soekemi yang Jatuh Cinta Pada Gadis Bali
Lokasinya di Kelurahan Rukun Lima. Di taman tersebut, terdapat patung Soekarno duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.
Sementara, pohon sukun yang ada di Tamman Renungan Bung Karno disebut Pohon Pancasila. Pohon yang ada saat ini adalah pohon yang ditanam pada 1981, karena pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.