Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Soekarno Jalani Pembuangan di Ende

Kompas.com - 17/08/2022, 12:02 WIB
Rachmawati

Editor

Di Ende, Soekarno tak memiliki kawan. Ia juga kehilangan ibu mertuanya yang ikut dalam pembuangan. Ibu Amsi meninggak pada 12 Oktober 1935 setelah lima hari tak sadarkan diri.

Seorang diri, Soekarno membangun kuburannya dan meletakkan batu bata untuk dasarnya. Ia juga menggosok batu kali untuk nisannya.

Membuat Sandiwara Kelimutu

Dalam kondisi kesepian, Soekarno menulis naskah selama pembuangan di Ende. Dari tahun 1934 hingga 1938, ia menyelesaikan 12 naskah.

Karya pertama diilhami oleh Frankenstein berjudul Dr Setan dengan tokok utama Boris Karloff Indonesia yang menghidupkan mayat dengan melakukan tranplantasi hati dari orang yang hidup.

Naskah lainnya adalah Rahasia Kelimutu, Jula Gubi, Kut Kutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, Nggera Ende, Amoek, Rahasia Kelimutu II, Sang Hai Rumba, dan 1945.

Soekarno pun mendirikan perkumpulan Sandiwara Kelimutu yang namanya diambil dari nama danau tiga warna di Flores.

Baca juga: Hari-hari Soekarno di Penjara Sukamiskin

Ia menjadi sutradara dan latihan dilakukan selama 2 minggu di bawah poohn kayu dan diterangi sinar bulan.

Pemain adalah warga sekitar tempat pembuangan Soekarno seperti petani hingga montir. Ia sendiri yang melatih para pemain.

Soekarno kemudian menyewa sebuah gudang dari gereja dan mengubahnya menjadi gedung pertunjukan. Ia sendiri yang menjual karcisnya.

Sandiwara tersebut berjalan selama tiga hari dan tampil di depan 500 penonton. Bahkan orang Belanda ikut membeli karcis dan hasilnya untuk membayar sewa gedung.

Soekarno membuat berbagai macam pakaiaan, membuat gambar di dinding belakang panggung, mengatur peralatan di atas panggung hingga melatih dua perempuan untuk bernyanyi keroncong.

Setiap selesai pertunjukan, Soekarno akan membawa semua pemain ke rumahnya untuk makan bersama.

Baca juga: Saat Soekarno Ditangkap di Solo dan Dijebloskan di Penjara Banceuy...

Sakit malaria

Kamar tidur mertua Bung Karno, Ibu Amsi dan anak angkat Ratna Djuami di Rumah Pengasingan Bung Karno, Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Kamar tidur mertua Bung Karno, Ibu Amsi dan anak angkat Ratna Djuami di Rumah Pengasingan Bung Karno, Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Soekarno bercerita di Ende, ia punya waktu banyak untuk berpikir.

Ia bisa berjam-jam bersandar di pohon sukun (kluwih) yang ada di depan rumahnya menghadap ke laut.

Hingga akhirnya Soekarno menderita sakit kepala luar bias dan merasa tidak sehat. Bahkan ia harus merangkak keluar tempat tidur untuk duduk di bawah pohon sukun menghadap ke teluk.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com