Berdasarkan penampilan awal secara virtual itu, keduanya lalu diberangkatkan ke Jakarta tanpa audisi dan dibiayai.
Tiba di Jakarta, Evi lalu bertanya kepada para peserta mengenai proses audisi yang ditempuh untuk mengikuti acara itu.
Ternyata mereka harus melewati audisi yang ketat di kota-kota yang telah ditunjuk. Bahkan ada peserta yang mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat.
“Kami sudah dua kali ke Jakarta, rata-rata sepekan tinggal di sana,” ucap Evi.
Untuk memelihara kualitas suara tingginya, tidak ada pantangan yang dijalani kedua kakak beradik ini. Bahkan, Evi mengaku mengonsumsi air es saat tampil.
Namun seiring perjalanan umur, ia telah menggantikan minuman dingin dengan air hangat.
“Saat di studio yang dingin saya sempat menggigil, tangan dan kaki dingin, tenggorokan kering, ini berefek pada penampilan yang tidak maksimal,” kata Evi.
Sosok Duo Huntua ini juga tidak asing bagi pegiat seni di Gorontalo. Adalah Mimy Pulukadang pengajar Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Negeri Gorontalo yang memiliki kisah tersendiri dengan dua emak ini.
Baca juga: Kakek Penyayang Kucing Ditemukan Tewas Usai Terseret Arus Sungai Upomela Gorontalo
Mimy Pulukadang yang saat itu diundang Pemerintah Kabupaten Bone Bolango sebagai juri pada acara lomba menyanyi di Suwawa.
“Waktu itu mereka tampil solo dan harus menyanyikan tiga lagu, tapi yang old song,” ujar Mimy Pulukadang mengenang pertemuan dengan Duo Huntua.
Saat tampil solo, keduanya menunjukkan bakat menyanyi yang hebat, mampu membawakan lagu-lagu dengan suara tinggi.
Mimy Pulukadang mengaku mengagumi keduanya yang memiliki jangkauan nada tinggi, mempunyai ketangkasan suara yang ekstrem.
“Dalam hati saya membatin, so macam artis Mariah Carey. Ternyata torang punya Mariah Carey di Gorontalo,” ujar Mimy Pulukadang.
Tidak hanya terpikat oleh capaian suara tingginya, di depan juri kedua emak ini sempat mengagetkan saat mengenalkan diri berasal dari DKI.
Ternyata yang dimaksudkan dengan DKI ini adalah kepanjangan Daerah Khusus Isimu, sebuah daerah di Kabupaten Gorontalo yang menjadi persimpangan jalan trans Sulawesi antara tiga provinsi, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.