Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Embun Beku hingga Kekeringan dan Kelaparan, Mengapa Krisis Pangan Terus Berulang di Papua?

Kompas.com - 06/08/2022, 13:53 WIB
Rachmawati

Editor

BMKG di Jayapura baru mendapat laporan peristiwa embun beku di Lanny Jaya dari BPBD Papua pada tanggal 29 Juli lalu.

Embun beku dan kemarau di wilayah Lanny Jaya terjadi di kampung yakni Luarem dan Yugunomba di Distrik Kuyawage.

"Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat mengalami kelaparan karena hasil bercocok tanam mengalami gagal panen," kata Hendro.

Baca juga: Fenomena Embun Beku Muncul di Lanny Jaya Papua, Ratusan Warga Terdampak Kekeringan

Catatan panjang wabah kelaparan

Menurut catatan Walhi Papua, peristiwa wabah kelaparan telah berulang kali terjadi di Kabupaten Lanny Jaya, sejak kemunculan embun beku pertama pada 2015.

“Yang berturut-turut itu mulai 2019, 2020, 2021, dan terakhir 2022, sekarang ini berturut-turut. Kalau yang terjadi tahun 2015 itu hilang, terus muncul lagi di 2019," kata dia.

Maikel berpendapat sudah saatnya pemerintah daerah duduk bersama mencari solusi bagi warga yang menggantungkan sumber pangannya terhadap perkebunan.

“Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Sosial, juga harus melihat kembali bahwa tempat ini sudah menjadi tempat bencana yang berulang-ulang, jadi apa langkah konkret yang mau dibuat atau direncanakan oleh pemerintah," tambah dia.

Baca juga: Kelaparan akibat Cuaca Ekstrem, Warga Distrik Kuyawage Papua Dapat Bantuan dari Kemensos

Namun dalam menentukan langkah ini, Walhi juga mengingatkan pentingnya untuk mendengarkan tanggapan masyarakat Lanny Jaya.

"Kalau kita kasih mereka pindah ke tempat yang lain, apa jaminan hidup mereka? Pemerintah harus bisa menjamin itu," kata Maikel.

BPBD Papua juga mendorong pemerintah daerah dan warga lokal mengambil langkah antisipasi.

“Karena ini berulang-ulang, masyarakat yang ada di daerah itu harus membangun lumbung untuk penyimpanan makanan. Lalu mungkin harus dibicarakan di Dinas Pertanian, kira-kira varietas apa yang cocok di situasi daerah seperti itu,” kata Willem Manderi.

Baca juga: Suami Bunuh Istri dan Anaknya yang Kelaparan, Kesulitan Ekonomi Jadi Motif Utama

'Faktor manusia lebih banyak berperan'

Gizi buruk dan wabah kelaparan terus berulang di Papua. Foto ini diambil di Agats, Kabupaten Asmat, tahun 2018, saat gizi buruk menyerang belasan anak.Getty Images via BBC Indonesia Gizi buruk dan wabah kelaparan terus berulang di Papua. Foto ini diambil di Agats, Kabupaten Asmat, tahun 2018, saat gizi buruk menyerang belasan anak.
Akan tetapi, Mulyadi, dosen ilmu pertanian di Universitas Papua berpendapat, iklim hanyalah salah satu faktor hambatan. Menurutnya, faktor manusia justru berperan lebih besar daripada gejala alam pada ketahanan pangan Papua.

"Berhadapan dengan iklim begitu itu sudah biasa. Akan tetapi menjadi luar biasa ketika saat kehidupan sosial budaya mereka merasa terganggu," kata Mulyadi via telepon.

Dalam sebuah kajiannya, Mulyadi menyebutkan ada berbagai hal, mulai dari aktivitas politik hingga perubahan kebiasaan menyantap nasi yang membuat kearifan lokal di bidang pertanian mulai ditinggalkan.

Padahal, kata dia, masyarakat Papua rajin dan tekun dalam berkebun dan berladang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Orang di Dompu Dilarikan ke Puskesmas Usai Digigit Anjing Diduga Rabies

8 Orang di Dompu Dilarikan ke Puskesmas Usai Digigit Anjing Diduga Rabies

Regional
Kapal Terbakar dan Terdampar di Wakatobi, Polisi: Kami Sudah Menghubungi Owner-nya

Kapal Terbakar dan Terdampar di Wakatobi, Polisi: Kami Sudah Menghubungi Owner-nya

Regional
Ini Daftar 90 Caleg DPRD Kabupaten Serang dan Cilegon Terpilih

Ini Daftar 90 Caleg DPRD Kabupaten Serang dan Cilegon Terpilih

Regional
Siswa SMP di Aceh Curi Sepeda Motor Polisi, 'Sparepart' Dibongkar lalu Dijual

Siswa SMP di Aceh Curi Sepeda Motor Polisi, "Sparepart" Dibongkar lalu Dijual

Regional
Presiden Jokowi Cek Harga Sembako Saat Kunjungi Pasar Seketeng Sumbawa

Presiden Jokowi Cek Harga Sembako Saat Kunjungi Pasar Seketeng Sumbawa

Regional
Copot Pegawai yang Terlibat Perdagangan Satwa Ilegal di Kalimantan, Bea Cukai: Ini Tidak Terkait Instansi

Copot Pegawai yang Terlibat Perdagangan Satwa Ilegal di Kalimantan, Bea Cukai: Ini Tidak Terkait Instansi

Regional
Janjikan Rp 200.000 ke Pemilih, Caleg di Dumai Divonis 8 Bulan Penjara

Janjikan Rp 200.000 ke Pemilih, Caleg di Dumai Divonis 8 Bulan Penjara

Regional
Sah! Ini Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Purworejo 2024-2029

Sah! Ini Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Purworejo 2024-2029

Regional
Hakim Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru kepada Gibran

Hakim Tolak Gugatan Wanprestasi Almas Tsaqibbirru kepada Gibran

Regional
Gelora Tak Ingin PKS Gabung Koalisi Prabowo, Gibran: Keputusannya Tunggu Pak Presiden Terpilih

Gelora Tak Ingin PKS Gabung Koalisi Prabowo, Gibran: Keputusannya Tunggu Pak Presiden Terpilih

Regional
Sukseskan PON 2024, Pemprov Sumut Manfaatkan TI untuk Pendaftaran hingga Logistik

Sukseskan PON 2024, Pemprov Sumut Manfaatkan TI untuk Pendaftaran hingga Logistik

Regional
2 Caleg PDI-P Magelang Mengundurkan Diri meski Terpilih Pemilu, Siapa Mereka?

2 Caleg PDI-P Magelang Mengundurkan Diri meski Terpilih Pemilu, Siapa Mereka?

Regional
Daftar 100 Caleg DPRD Banten Terpilih Hasil Pemilu 2024

Daftar 100 Caleg DPRD Banten Terpilih Hasil Pemilu 2024

Regional
Bupati dan Wabup Daftar Pilkada Ogan Ilir 2024 di 7 Partai Politik

Bupati dan Wabup Daftar Pilkada Ogan Ilir 2024 di 7 Partai Politik

Regional
Saat Pratama Arhan Kembali Tersenyum Usai Indonesia Ditekuk Uzbekistan...

Saat Pratama Arhan Kembali Tersenyum Usai Indonesia Ditekuk Uzbekistan...

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com