Mereka bahkan minta untuk dikembalikan ke tempat sebelumnya di pinggir jalan depan pertokoan.
Para wisatawan menyatakan hal yang sama. Mereka kehilangan Malioboro dengan hiruk pikuknya.
"Apakah Jalan Cihideung harus mengalami hal yang sama? Semoga Cihideung ditata sesuai dengan karakteristiknya, tidak kehilangan ciri khasnya karena penataan yang kurang tepat," tutur dia.
Apalagi data menunjukkan, kurang lebih 70 persen pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, serta pusat industri di Priangan Timur dan Selatan berada di Kota Tasikmalaya.
Baca juga: Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Perundungan, 15 Saksi Diperiksa
Dalam hitungan yang lebih luas, kurang lebih 40 persen pusat perekonomian Jawa Barat ada di Kota Tasikmalaya.
Namun angka ini berbanding terbalik dengan tingkat kemiskinan kota Tasikmalaya. Tingkat kemiskinan Kota Tasikmalaya tertinggi di Jawa Barat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pandemi Covid-19 yang terjadi antara 2019-2021 sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka kemiskinan karena menurunkan tingkat produktivitas dan menambah munculnya orang miskin baru.
"Dalam situasi ekonomi seperti ini, perlu kiranya pemerintah mempertimbangkan data yang ada sebagai bahan kajian dalam menentukan prioritas kegiatannya," ungkapnya.
Bentuk pusat keramaian baru
Menurut Ferey, penataan Jalan HZ Mustofa dan Jalan Cihideung sebagai pusat bisnis Kota Tasikmalaya semata dengan alasan keindahan harus dipertimbangkan kembali.
Soalnya, rencana tersebut memiliki dampak menghambat pertumbuhan ekonomi. Justru seharusnya pemkot merangsang pusat ekonomi baru.
"Bagaimana dengan situasi jalan yang tampak semerawut dan mengurangi keindahan kota? Penataan memang perlu dilakukan, namun sebaiknya tidak dilakukan secara ekstrim. Trotoar yang rapi, drainase yang baik, lampu jalan yang estetik akan menambah keindahan Jalan Cihideung dan mendukung pemanfaatan Jalan Cihideung sebagai pusat kuliner malam baru," ujar dia.
Sebelumnya, warga Jalan Cihideung dan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menuntut pelaksanaan proyek pelebaran trotoar mirip Malioboro tak menutup akses kendaraan di pusat bisnis itu.
Selama ini mereka kaget karena proyek itu tak disosialisasikan terlebih dahulu oleh Dinas PUTR kepada warga yang mayoritas pedagang turun temurun tersebut.
Mereka protes pembangunan proyek itu seakan dipaksakan pemerintah daerah tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi para pelaku usaha mulai PKL, toko sampai tukang parkir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.