Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Warga Dago Bengkok Bandung Kurangi Sampah hingga 2,5 Ton Tiap Pekan

Kompas.com - 13/07/2022, 22:29 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Dago Bengkok, Kota Bandung, bisa mengubah sampah menjadi berkah. Tepatnya di RW 01 Dago Bengkok, Ciumbuleuit.

Lewat Program Kang Pisman (Kurangi Pisahkan Manfaatkan), warga di Dago Bengkok bisa mengurangi sampah hingga 2,5 ton.

Total 2,5 ton ini diubah atau diserap menjadi produk baru. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah.

Baca juga: Sebabkan Banjir, Sampah Sedimentasi di Sungai Ronggolawe Semarang Dikeruk dan Dibuang ke Madukoro

Ketua Kelompok Swadaya Mandiri TPS-3R Hedy Wibowo mengatakan, sejak 2019, masyarakat, khususnya di Kelurahan Ciumbuleuit sudah kompak mengolah sampah.

Kemandirian warga dalam mengolah sampah berhasil menekan hingga 40 persen jumlah sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Di TPS-3R ini, sampah rumah tangga dan restoran di wilayah Ciumbuleuit dibagi menjadi tiga. Yakni organik, non organik, dan residu.

Sedangkan sampah organik dan non organik diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti pupuk.

"Sampah residu dibuang kembali. Namun, 40 persen jumlah sampah keseluruhan berhasil kita tekan. Jadi, tidak langsung dibuang ke TPA," ujar Hedy.

Baca juga: Kriminolog Sebut Fakta Kasus Brigadir J Baru 5 Persen, Istri Kadiv Propam dan Bharada E Harus Muncul ke Publik

Petugas TPS-3R Dago Bengkok setiap hari melakukan pengangkutan sampah ke rumah-rumah warga. Hasilnya, 6 ton sampah terkumpul dalam sepekan.

Dari jumlah tersebut, sekitar 2,5 ton berhasil diserap menjadi produk baru. Angka ini juga diyakini terus bertumbuh, sehingga 100 persen persoalan sampah di kewilayahan bisa selesai.

"Untuk saat ini minimal kita bisa mengurangi," tutur dia.

TPS-3R Dago Bengkok dijalankan oleh 13 pekerja. Selain mengangkut sampah, mereka juga mengolah sampah organik menjadi pupuk. Hasil olahan tersebut dijual dalam bentuk kemasan.

"Di sini, ada juga pengepul yang kemudian membeli sampah non organik dan mengubahnya jadi produk bernilai ekonomis," ujar Hedy.

Ia berpesan kepada masyarakat untuk sama-sama sadar dan melakukan pengolahan sampah dari level rumah tangga.

Dengan memilah sampah, warga bisa membantu mengurangi kiriman (sampah) ke TPA.

Baca juga: Curhat Petani di Bandung Barat, 9 Tahun Jalan Rusak Tak Tersentuh Perbaikan, Perekonomian Terhambat

Sementara itu, Lurah Ciumbuleuit, Aa Hedi Muklis menyebut, sosialisasi pengolahan sampah di wilayahnya terus dilakukan secara masif.

Hal ini sejalan dengan program Kang Pisman sebagai upaya pengolahan sampah di Kota Bandung.

"Kami terus sosialisasikan kepada masyarakat. Mulai dari tingkat RT dan RW. Harapannya, dengan optimalisasi (program Kang Pisman), kita sama-sama bisa mewujudkan Bandung sebagai kota bebas sampah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya'

"Pak Jokowi Tolong Hukum Oknum Polisi Pembunuh Suami Saya"

Regional
 Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Regional
Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Regional
Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Regional
Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Regional
Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Regional
Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Regional
Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Regional
20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

Regional
Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Regional
Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Regional
Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Regional
Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Regional
4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

Regional
Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com