BORONG, KOMPAS.com- Orang-orang Manggarai di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur masih menjalankan tradisi we'e mbaru.
Tradisi ini dilakukan saat mereka hendak menempati rumah yang baru dibangun.
We’e mbaru berasal dari kata we'e dan mbaru. We'e artinya pulang atau kembali, sedangkan mbaru artinya rumah.
Baca juga: Soal Harga Tiket Masuk TN Komodo, Pemkab Manggarai Barat Belum Terima Informasi Resmi
Pengamat Budaya Manggarai, NTT, Antonius Mbukut menjelaskan makna ritual we'e mbaru bagi masyarakat Manggarai.
Menurutnya, orang Manggarai meyakini bahwa segala sesuatu terjadi berkat penyelenggaraan Mori Agu Ngaran (Tuhan dan pemilik).
Membangun rumah, bagi mereka, adalah sebuah momen penting yang diyakini tidak terjadi begitu saja.
Baca juga: Bupati Manggarai Barat Setujui Rencana Kenaikan Tiket Pulau Komodo
Orang Manggarai percaya bahwa mereka berhasil membangun rumah karena kebesaran Tuhan.
Sang Pencipta menyediakan batu, kayu, hingga iklim yang baik sehingga pembangunan rumah berlangsung lancar.
Melalui tradisi we'e mbaru, orang Manggarai mengucap syukur atas kebaikan Tuhan.
"Mereka juga bersyukur kepada Tuhan karena tidak ada bencana atau kecelakaan selama proses pembuatan rumah. Dalam ritus itu orang Manggarai juga memohon agar Tuhan memberkati rumah itu beserta seluruh penghuninya dengan kesejahteraan ekonomi dan kesehatan," kata dia.
"Permohonan itu biasanya disampaikan oleh perwakilan ase kae bilik agu kilo (adik kakak dari garis keturanan ayah), ase kae wae teku remong (adik kakak mama), ase kae pa'ang olo ngaung musi (perwakilan orang sekampung), anak wina (pemberi suami) dan anak rona (pemberi istri)," jelasnya.
Baca juga: 8 Hari Berada di Timor Leste Tanpa Dokumen, Ibu dan Anak Asal NTT Dideportasi