Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyingkap Fenomena Pengemis Marah gara-gara Tak Diberi Uang…

Kompas.com - 27/06/2022, 18:00 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa hari lalu, viral video pengemis marah gara-gara tak diberi uang.

Peristiwa tersebut terjadi di dua kota, yakni Probolinggo, Jawa Timur; dan Semarang, Jawa Tengah.

Di Probolinggo, pada Jumat (17/6/2022), seorang pengemis berusia 70 tahun menoyor kepala orang yang ia mintai karena tak diberi uang.

Baca juga: Viral, Video Perempuan Ditoyor Pengemis karena Tak Beri Uang, Ini Tanggapan Satpol PP

Dalam video yang beredar di media sosial, tampak seorang perempuan sedang makan dengan teman-temannya.

Tak seberapa lama, muncul SH yang meminta-minta. Namun, wanita yang dimintai uang oleh SH memberikan gestur penolakan dengan menangkupkan kedua telapak tangannya.

Mendapat penolakan, si pengemis justru menoyor perempuan tersebut.

Baca juga: Viral Tak Dikasih Uang, Pengemis di Semarang Malah Lempar Sandal ke Arah Kaca Pengendara

Sementara itu, di Semarang, viral video pengemis melempar sandal ke mobil karena tak diberi uang oleh pengendara.

Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (23/6/2022) di perempatan Arteri Puri Anjasmoro seberang POM bensin dari arah Kaligawe, Semarang.

Tampak dalam video seorang pengemis berbaju merah melempar sandal ke kaca mobil pengendara.

Kronologi: Minta2, tidak dkasih, dikasih tangan sama kaka saya, malah pukul2 kaca mobil, kmudian di video, sadar di video melakukan pemukulan ke mobil menggunakan sandal… makin nekat skrg... mohon ditindak apparat yg berwajib…,” tulis penggunggah di video.

Baca juga: Pengemis yang Toyor Kepala Pelanggan Ditangkap Petugas, Ternyata Berusia 70 Tahun

 

Pandangan sosiolog

ilustrasi sosiologiSHUTTERSTOCK ilustrasi sosiologi

Terkait fenomena pengemis marah gara-gara tak diberi uang, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, memberikan pandangannya.

Drajat mengatakan, fenomena pengemis pada awalnya berkaitan dengan perilaku filantropis.

“Kita bersedekah dengan harapan orang yang tidak mampu bisa tertolong. Ini juga berdasarkan nilai yang kita ikuti yang diharapkan mendapat pahala,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Namun, dari dua kasus di atas, Drajat menilai fenomena pengemis telah mengalami pergeseran dari perilaku filantropi ke transaksional.

“Pengemis meminta harus dihargai dan saat mengemis harus diberi,” ucapnya.

Baca juga: Pengemis Lempar Sandal karena Tak Diberi Uang, Pelaku Ternyata Pernah 2 Kali Diamankan Satpol PP

Dia mencotohkan beberapa kasus lain. Salah satunya pengemis yang ogah menerima uang Rp 500. Begitu diberi, uang koin itu dibuang lagi.

“Mereka menganggapnya itu adalah penghinaan dan tidak dihargai. Perilaku transaksional ini basisnya perilaku timbal balik, dasarnya terkait dengan penghargaan-penghargaan yang lebih bersifat instrumental, berupa uang, dan lain-lain,” ungkapnya.

Di samping itu, dengan adanya perubahan perilaku ke arah transaksional, para pengemis menganggap bahwa tindakan mengemis merupakan sebuah pekerjaan. Hal ini juga dapat memicu munculnya perbuatan agresif dari pengemis.

“Hal ini semakin berkembang seiring tingginya tuntutan ekonomi,” tutur Drajat.

Baca juga: Pelanggan yang Kepalanya Ditoyor Pengemis karena Tak Beri Uang, Memaafkan dan Doakan Pelaku

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

Regional
Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com