Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gipo, Kukang Liar Bergigi Ompong yang Jadi Korban Perburuan Liar

Kompas.com - 25/06/2022, 09:49 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gipo, seekor kukang liar harus menjalani operasi pencabutan gigi hingga ompong karena mengalami infeksi pada gusi.

Cerita tentang Gipo berawal saat warga menemukan seekor kukang di Jalan Raya Cisoka di kawasan Lebak, Banten pada Senin (6/6/2022).

Kukang yang diberi nama Gigo tersebut kemudian diserahkan ke petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang tengah berpatroli.

“Orang lokal sebut hewan ini ‘muka-muka’. Ada laporan dari masyarakat yang menemukan sejenis muka-muka. Saya cek, ternyata ia satwa yang dilindungi,” ujar Anda Joni, petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak Wilayah 1 Lebak, dikutip dari VOA Indonesia.

Baca juga: Peneliti Unas Temukan Orangutan Kalimantan Makan Kukang

Joni bersaksi kondisi Gipo sekilas tampak normal. Saat saat diperiksa, Gigo memiliki luka di bagian hidungnya.

Setelah bermalam di rumah warga, Gipo kemudian diserahkan kepada IAR (Inisiasi Alam Rehabilitasi) Indonesia untuk rehabilitasi.

IAR sendiri merupakan lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pelestarian primata.

Tim dokter hewan IAR Indonesia kemudian menemukan kondisi gigi Gipo sudah membusuk akibat tindakan pencabutan paksa.

Alhasil, Gipo menderita infeksi pada gusi yang telah menyebar ke rongga hidung dan wajahnya.

Baca juga: Pertama Kali, Orangutan Tertangkap Kamera Membunuh dan Memakan Kukang

Tim dokter memutuskan gigi Gipo harus dioperasi untuk menghindari infeksi lebih parah.

“Kukang kalau sudah sampai di pedagang atau di pasar itu giginya dipotong karena berasumsi mereka menghindari tidak digigit,” kata Imam Arifin, dokter hewan IAR Indonesia yang menangani kasus Gipo.

Setelah sekitar tiga pekan dirawat, kondisi Gipo kini sudah membaik. Infeksi sinus akibat pencabutan paksa giginya juga sudah sembuh.

“Perilaku bagus, tapi makan masih belum stabil. Mungkin karena pergantian pakan juga,” ujar dokter Imam.

Baca juga: Mengenal Kukang Jawa, Spesies Kukang Terbesar di Indonesia

Gipo Bukan Kasus Satu-Satunya

Kukang, hewan darat yang pandai berenangShutterstock Kukang, hewan darat yang pandai berenang
IAR Indonesia menduga kuat Gipo adalah korban perburuan liar kukang.

Setelah diidentifikasi, diketahui Gipo ternyata adalah jenis kukang Sumatra yang habitatnya hanya ada di Pulau Sumatra.

Kukang kerap diburu secara ilegal, kemudian diselundupkan dan diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. Padahal, kukang masuk ke dalam kategori satwa yang dilindungi di Indonesia.

Pemburu menangkap satwa tersebut dengan berbagai metode, mulai dari tembakan senapan angin hingga dijaring.

Baca juga: Akhir Kasus Penyelundupan Satwa Langka Kukang di Sumbar, Pelaku Dihukum 1,5 Tahun Penjara, 2 Kukang Dilepasliarkan

Umumnya ketika sampai ke tangan pedagang, gigi kukang dicabut secara paksa untuk menghindari gigitannya yang berbisa.

Menurut IAR Indonesia, kini semakin sulit untuk memonitor perdagangan satwa primata ini karena modus perdagangan yang dulunya dilakukan di pasar-pasar, kini mulai merambah ke dunia daring.

Harga jual kukang di pasaran berkisar di angka Rp 500.000.

“Motif dari pemburu, ya jelas ekonomi. Dari end user (pembeli), ya buat pemeliharaan, mungkin karena mereka lucu dan ngga terlalu besar,” kata dokter Imam kepada VOA.

IAR Indonesia juga mengindikasi adanya penyelundupan satwa kukang ke luar negeri.

“Dulu pernah ada kasus perburuan kukang di Jawa sudah siap dikirim, ada 79 individu. Biasanya dibawa ke China,” kata dokter Imam.

Baca juga: Pelaku Perdagangan Satwa Dilindungi Ditangkap Polda Riau, Kukang hingga Kuku Harimau Turut Disita

Bukan Hewan Peliharaan

Seekor kukang dalam kandang besi yang diamankan petugas Ditreskrimsus Polda Riau dari penjahat yang memperjualbelikan satwa dilindungi, diperlihatkan pada konferensi pers di Mapolda Riau di Jalan Pattimura, Kota Pekanbaru, Riau, Senin (19/7/2021).KOMPAS.COM/IDON Seekor kukang dalam kandang besi yang diamankan petugas Ditreskrimsus Polda Riau dari penjahat yang memperjualbelikan satwa dilindungi, diperlihatkan pada konferensi pers di Mapolda Riau di Jalan Pattimura, Kota Pekanbaru, Riau, Senin (19/7/2021).
Kukang masuk ke dalam ordo primata golongan prosimians atau primata terdahulu yang lebih primitif dan masih menyerupai hewan.

Hewan ini berbeda dengan orang utan atau monyet ekor panjang yang merupakan primata simians yang karakteristiknya lebih dekat dengan manusia.

Satwa nokturnal ini hidup di hutan sekunder yang biasanya dekat atau berbatasan langsung dengan perkebunan manusia.

Di habitatnya mereka memiliki fungsi penjaga ekologi penting, karena selain memakan getah pohon dan buah, satwa omnivora ini juga pemakan serangga.

Baca juga: Terlihat Menggemaskan, Gigitan Kukang Asal Indonesia Ini Beracun dan Mematikan

Penangkapan liar kukang berpotensi mengganggu ekologi hutan karena secara alami kukang berperan sebagai pembasmi hama serangga.

Pakar Satwa UGM Wisnu Nurcahyo mengingatkan hakikat satwa liar adalah untuk hidup di habitat liarnya.

“Di alam dia punya daya untuk mempertahankan diri dengan perilaku makan untuk meneyembuhkan diri sendiri," kata dia.

Wisnu juga memperingatkan risiko penyebaran penyakit akibat memelihara satwa liar. Hal ini dikenal dengan zoonosis, atau penularan penyakit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.

Kukang sendiri masuk dalam kategori satwa yang dilindungi di Indonesia karena dikategorikan sebagai satwa endemik, artinya kukang jenis Sumatra, Jawa dan Kalimantan hanya bisa ditemukan secara eksklusif di pulau-pulau tersebut.

Baca juga: Zaman Purba, Kukang Tanah Raksasa Mati Akibat Kotorannya Sendiri

Pada kebanyakan kasus, kukang yang telah ditangkap dan dipelihara manusia menjadi tidak sehat.

Kukang yang lama jadi peliharaan misalnya, hanya diberikan makan buah-buahan sehingga banyak ditemukan kukang yang kondisi tulangnya tidak sehat akibat kekurangan zat mineral.

IAR Indonesia mengaku 70 persen kukang yang direhabilitasi di fasilitasnya tidak bisa dilepasliarkan karena kondisinya yang buruk.

Kini ada sekitar 134 ekor, termasuk Gipo, yang berada di dalam fasilitas IAR Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NUSANTARA] Jateng Masuki Musim Kemarau | Caleg Batal Jadi Aggota DPRD meski Dapat Suara Terbanyak

[POPULER NUSANTARA] Jateng Masuki Musim Kemarau | Caleg Batal Jadi Aggota DPRD meski Dapat Suara Terbanyak

Regional
Ikut Pilkada 2024, Bos Properti Semarang Ambil Formulir Pendaftaran di PDI-P

Ikut Pilkada 2024, Bos Properti Semarang Ambil Formulir Pendaftaran di PDI-P

Regional
Gempa M 5,2 Guncang Lombok Barat, Tidak Berisiko Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Lombok Barat, Tidak Berisiko Tsunami

Regional
Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com