Warga Tanjung Aru Pulau Sebatik, lalu mengancam akan menahan kapal ponton kontraktor.
Baca juga: Kesaksian Warga Saat Abrasi di Pantai Amurang Minahasa Selatan: Tinggal Baju di Badan
"Proyek terhenti karena insiden diprotes warga itu. Pemerintah Daerah sama sekali tidak dilibatkan, sehingga kita tidak memiliki kewenangan untuk tahu apa masalahnya," kata Mulyadi.
Menurutnya, ada tiga sebab mengapa abrasi Pulau Sebatik terus meluas. Pertama, karena adanya penambangan pasir pantai secara ilegal.
Kedua, terjadinya gelombang ekstrem. Ketigam semakin banyaknya tanaman kelapa sawit yang sangat merusak unsur hara dalam tanah.
Mulyadi kembali menegaskan, kondisi abrasi di Pulau Sebatik sudah seharusnya menjadi perhatian bersama. Apalagi, Pulau Sebatik berbatasan langsung dengan Malaysia.
"Tahun 2022 ini, terjadi pergeseran garis pantai sepanjang tiga meter. Atensi kami, pihak yang berwenang, entah itu Polisi atau mungkin Satuan Polisi Pamong Praja, segera menyetop galian C itu. Itu ancamannya tidak main-main karena bentang alam berubah dan batas negara bisa terkikis dan berubah," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.