Tatapan Patok tetap tajam, meski satu matanya terluka parah.
Patok adalah satwa langka yang disebut hanya satu-satunya di kawasan TWA Gunung Tunak.
Dia dibiarkan hidup liar di hutan belantara kawasan Gunung Tunak yang juga dikelilingi bukit dan lautan nan cantik.
Elang laut seperti Patok, kata Anwar, akan sangat mudah beradaptasi karena lingkungan yang terjaga.
"Gunung Tunak ini surga bukan hanya bagi kita yang menyukai keindahannya tapi juga bagi satwa, mereka hidup dipantau tapi bebas di alam liar," katanya.
Baca juga: Melihat TPA Kebon Kongok di Lombok, Sampah Sudah Melebihi Kapasitas, Perluasan Ditolak Warga
Anwar bercerita, menjinakkan burung predator seperti Patok, bukan hal yang mudah.
Perlu kesabaran karena dibutuhkan waktu yang tak singkat untuk saling mengenal.
Anwar mengenang, saat mata Patok ditembak pemburu, elang malang ini ditemukan oleh seorang wisatawan asal Italia bernama illaria Gallo, di kawasan pantai Kuta.
Wisatawan itulah yang merawat dan memberi pertolongan pertama pada Patok.
Dia memberikan obat pada matanya dan kemudian menyerahkan pada petugas Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) di Gunung Tunak.
"Kondisi Patok sangat lemah ketika dia baru diserahkan oleh wisatawan asal Italia itu, jelas dia sudah tidak bisa terbang dengan normal Karen matanya yang luka parah," kenang Anwar.
Baca juga: Jumlah Elang Jawa Bertambah, Ekosistem Gunung Ciremai Diklaim Membaik
Patok kesulitan kembali berburu di tengah laut dengan satu mata, karena letak kekuatan elang laut ada pada mata dan cengkraman.
"Awalnya memberi makan sulit karena selalu mematok, karena naluri memburunya mungkin ya, tapi lama-lama dia paham bagaimana cara menerima makanan dengan cara disuap, karena itulah saya beri nama dia Patok, suka mematok saya," kata Anwar.
Patok kembali mulai dari nol, dirawat seperti bayi elang, diurus makanan dan kesehatannya secara perlahan dan detail.
Tujuannya, supaya infeksi di matanya tak menyebar akibat peluru yang menembus mata kirinya itu.
Si Patok makan dua kali dalam sehari pagi dan sore hari. Kini, usai kondisinya pulih, berat tubuh Patok sekitar tiga kilogram.
Meski sangat lahap, Patok hingga kini belum bisa berburu.
Anwar mengatakan, sangat menikmati pekerjaannya mengurus satwa di Gunung Tunak.
Dia telah lima tahun mengabdi sebagai penjaga satwa dan mendapat gaji sesuai UMP dari BKSDA NTB, meski bukan sebagai ASN.
Selain mengurus Patok, Anwar juga harus merawat dan memberi makan 47 ekor rusa dari Timor atau Cervus timorensis, bersama petugas lainnya.
Baca juga: Puluhan Warga Lombok Tengah Diduga Keracunan Nasi Bungkus Hajatan