KOMPAS.com - Candi Borobudur dikenal dengan kemegahan bangunan berbentuk mandala dengan arsitektur punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil.
Candi ini dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi pada masa Dinasti Syailendra oleh para penganut Buddha aliran Mahayana.
Baca juga: Candi Borobudur: Harga Tiket, Jam Buka, Rute, dan Sejarah
Seperti diketahui, dalam filsafat agama Buddha Candi Borobudur merupakan tiruan alam semesta.
Gaya mandala pada Candi Borobudur mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha, sementara tingkatannya menggambarkan kosmologi Buddha, tentang hubungan ruang dan waktu dan alam semesta.
Berbahan dasar batuan andesit, Candi Borobudur terdiri atas 10 lantai dengan setiap tingkatan yang memiliki makna tersendiri.
Baca juga: PT TWC Dukung Pembatasan Kuota dan Tiket Khusus Naik Candi Borobudur
Secara vertikal, tiga tingkatan pada Candi Borobudur disebut dengan Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Kamadhatu adalah tingkatan paling bawah dari kosmologi Buddha yang terdapat di lantai 2 pada bagian kaki Candi Borobudur atau setingkat di atas undag.
Dalam kosmologi Buddha, Kamadhatu melambangkan alam bawah yang menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi.
Secara sederhana, Kamadhatu adalah simbol alam dunia manusia yang terlihat saat ini.
Pada bagian Kamadhatu terdapat 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat.
Relief tersebut merupakan gambaran mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Rupadhatu adalah bagian tengah dari kosmologi Buddha yang terdapat di lantai 3 hingga lantai 7 pada bagian tubuh Candi Borobudur.
Dalam kosmologi Buddha, Rupadhatu melambangkan alam antara, dimana manusia sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, namuni masih terikat oleh dunia nyata.
Pada bagian Rupadhatu ajan dijumpai beberapa ornamen candi diantaranya, gapura kala makara, relung arca, arca Buddha, jaladwara, ghana, keben, stupa berukuran kecil, dan relief cerita.
Di bagian ini juga terdapat 1.212 relief dekoratif simbolis dan 1.300 relief cerita.
Relief cerita pada bagian Rupadhatu adalah relief Lalitavistara, Jataka Avadana, dan Gandawyuha.
Arupadhatu adalah bagian puncak dari kosmologi Buddha yang terdapat di lantai 8 hingga lantai 10 pada bagian atas Candi Borobudur.
Dalam kosmologi Buddha, Arupadhatu menjadi simbol alam atas, tempat tertinggi yang dihuni oleh para dewa.
Arupadhatu juga merupakan penggambaran dari unsur tak berwujud dan sebagai tanda dimana kemurnian tertinggi telah dicapai dengan meninggalkan nafsu duniawi.
Pada bagian ini akan ditemukan 72 stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi.
Stupa terbesar berada puncak Candi Borobudur dengan diameter 9,9 meter dan tinggi 42 m diatas tanah.
Sumber: borobudurpedia.kemdikbud.go.id, kebudayaan.kemdikbud.go.id, dan borobudurpark.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.