Selain itu juga dia mencari telur maleo di tempat yang sama. Burung endemik Sulawesi ini juga meletakkan telur-telurnya di dalam tanah karena terdapat panas bumi (geothermal).
Aktivitas perburuan satwa dilakukan Basri dari 1997 hingga 2017. Salah satu jeratnya pasti mendapatkan burung, termasuk ayam hutan dan maleo.
Ayam hutan yang didapat biasanya dijual. Sementara maleo yang terjerat akan dipotong untuk dikonsumsi. Menurutnya daging seekor maleo bisa untuk makan empat rumah tangga.
“Telur maleo biasa kami konsumsi. Kalau ada yang tanya biasanya ditukar dengan Rp 10.000,” kata Basri Lamasese mengenang masa lalunya.
Di masa lalu, dia setiap hari berangkat ke kebun untuk menyadap nira. Dari rumah ia hanya berbekal nasi putih.
Sesampainya di kebun, dia mendapatkan lauk dari burung buruan yang terjerat, juga telur maleo.
Aktivitas ini akhirnya disudahi setelah ini berinteraksi dengan staf Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang mendampingi penguatan kelompok tani aren Modaga no Suangge.
Bahkan semangat membiarkan satwa hidup dalam habitatnya semakin kuat setelah ia bermimpi bertemu Putri Deku, leluhur bangsa Bolango.
Dalam mimpinya, Putri Deku sangat marah kepada Basri yang telah mengganggu dan membuat takut burung peliharaannya.
Dari sinilah Basri Lamasese berubah sikapnya dari aktif memburu burung dan telur maleo, menjadi penggerak petani gula aren.
Pada 18 April 2018, dia bersama para petani lainnya membentuk kelompok Modaga No Suangge yang kemudian mendapat pendampingan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Resort Pantai Selatan.
Pada 18 Oktober 2018, Modaga No Suangge membangun bak penetasan telur maleo sederhana secara swadaya dan melakukan pencarian telur untuk dipindahkan.
Memindahkan telur maleo merupakan upaya menjaganya dari predator alam, seperti biawak (Varanus) yang acap menggali tanah dan memangsa telur-telur maleo.
Juga beberapa jenis burung elang yang memangsa anakan maleo yang baru menetas.
Kisah para mantan pemburu satwa ini diceritakan pada webinar memperingati hari lingkungan hidup sedunia yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo, The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) dan Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota).
Ardin dan Basri bercerita bersama Indra Exploitasia Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta ST Agung Triono Hermawan Kepala SPTN Wilayah II Doloduo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.