Menurut Alin, tiang jmebatan sebenarnya sudah tertanam selama kurang lebih 16 tahun yang lalu. Saat itu Bolmut belum menjadi daerah otonom baru Sulut.
"Sangat disayangkan jika pemerintah terus mempertontonkan kegagalan di tengah masyarakat, dengan dalih 'nanti, nanti, nanti'" ungkap Alin.
Bagi masyarakat, jembatan tersebut sangat dibutuhkan salah satunya untuk memudahkan akses masyarakat.
"Pertama, ketika terjadi banjir dan sungai meluap, maka akses penghubung antara Ollot dan Goyo akan se-ekstrem ini. Bayangkan jika ada orang yang lagi kena sial terus masuk ke dalam sungai lalu tengelam dan meninggal, siapa yang bertanggung jawab?," katanya.
Ia juga menyebut masyarakat selama ini menyeberangi sungai dengan rakit dan membayar Rp 3.000 untuk sekali lewat.
Baca juga: Ibu Hamil di Depok Mau Jual Ginjal, Akui Tak Sanggup Lagi Gali Lubang Tutup Lubang
Biaya tersebut akan bertambah jika menyeberang dalam kondisi risiko tingi seperti banji. Maka satu orang harus membayar Rp 10.000.
Padahal banyak masyarakat Bolangitang yang berkebun di seberang sungai sehingga mereka harus mengeluarkan biaya jika ke kebun.
Jika dikalikan sebulan, biaya tersebut cukup untuk membeli beras.
"Belum lagi jika sungai sedang banjir dan air meluap bagaikan janji pemda. Biayanya jadi berlipat ganda, Rp 10.000 sekali lewat, dengan risiko yang cukup tinggi. Bayangkan jika datang musim penghujan, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Sedangkan penghasilan masyarakat rata-rata memprihatinkan (soalnya kita rasa sandiri)," ujarnya.
Baca juga: Terbelit Utang Rp 20 Juta, Wanita di Salatiga Ingin Jual Ginjal
Tak hanya itu. Alin menyebut kerap terjadi kecelakaan di sungai seperti rakit yang terbalik.
"Saya pun menyaksikan sendiri betapa kejadian kecelakaan itu terjadi di depan mata. Mungkin bisa ditanyakan kepada yang bertugas menyeberangkan kendaraan, berapa korban yang sudah tabulengkar (terbalik) di situ," sebutnya.
Selain urusan jembatan, Goyo juga memiliki masalah di akses jalan karena hampir sebagian besar jalan di Goyo belum diaspal.
Kondisi jalan yang rusak juga kerap menyulitkan warga salah satunya bagi perempuan hamil.
Baca juga: Respons Ganjar soal Warga Klaten yang Ingin Jual Ginjal ke Semarang
"Sangat disayangkan sekali. Dan kabar baiknya, semoga tahun ini jalan spanggal (sepenggal) itu akan diteruskan pembangunannya. Jika tidak, som ba demo jo dg (akan demo lagi)," ujarnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Skivo Marcelino Mandey | Editor : Dita Angga Rusiana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.