BIMA, KOMPAS.com - Semenjak laut Teluk Bima di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tercemar pada Minggu, 24 April 2022, sejumlah nelayan di pesisir teluk berhenti melaut. Mereka kesulitan menangkap ikan sejak laut tersebut tercemar.
Herman, nelayan di Lingkungan Niu, Kelurahan Dara, Kota Bima, menuturkan, sejak muncul gumpalan coklat seperti jeli di permukaan air Teluk Bima, ia bersama nelayan lain di wilayah itu tak pernah lagi melaut untuk menangkap ikan.
Menurutnya, dalam kondisi laut tercemar, nelayan percuma melepas pukat. Sebab, saat jaring ikan itu dilepas, yang terjaring bukan ikan, tetapi gumpalan mirip jeli berwarna coklat dan sampah.
Baca juga: Bentangkan Spanduk, Pegiat Lingkungan Serukan Pemulihan Teluk Bima yang Tercemar
"Untuk mencari ikan saat ini belum bisa, kita istirahat dulu. Tadi malam saya coba-coba lepas jaring tapi yang nyangkut justru jamur ini dan sampah. Bahkan, sempat mau buang juga jaring itu tadi malam, karena tidak kuat bersihkan jamur yang lengket di tangan," ungkap Herman saat ditemui di pangakalan perahu, Kamis (12/5/202).
Sebelum tercemar, Herman mengaku bisa membawa pulang ikan hasil tangkapan sampai 2 ember dalam semalam. Ketika diuangkan, nilainya Rp 300.000. Ikan sebanyak itu sekarang sulit diperoleh di Teluk Bima.
Baca juga: Teluk Bima Diduga Tercemar Limbah, Ada Gumpalan Jeli yang Sebabkan Ikan Kecil Mati
"Kalaupun menggunakan pancingan tidak cukup untuk dijual, hasilnya untuk konsumsi di rumah saja," ujarnya.
Herman mengungkapkan, karena tak bisa lagi melaut akibat pencemaran di teluk, ia terpaksa beralih menjadi buruh angkut di gudang dengan bayaran Rp 50.000 hingga Rp 100.000. Baginya, uang sebanyak itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Dia berharap, pemerintah daerah bisa memberikan bantuan agar beban keluarganya berkurang sampai kondisi teluk kembali normal.
"Harapannya ada bantuan, itu yang kita tunggu sampai sekarang cuma belum ada yang datang dari pemerintah," ucapnya.
Sementara, untuk menangkap ikan ke laut lepas yang berada di sebelah utara Teluk Bima, perahu yang digunakan sangat kecil sehingga tidak memungkinkan.
"Semenjak kejadian ini saya tidak pernah turun (melaut), pekerjaan sampingan tidak ada jadi istirahat total sekarang sampai kondisi laut ini normal," terang Usman.
Baca juga: Polisi Olah TKP Dugaan Pencemaran Limbah Berwarna Coklat di Teluk Bima
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bima, Mahfud, selaku juru bicara tim ad-hoc penanggulangan bencana pencemaran Teluk Bima mengakui bahwa pihaknya belum pernah menyerahkan bantuan untuk nelayan terdampak pecemaran di Teluk Bima.
Terkait harapan masyarakat agar diberikan bantuan, ia akan berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengetahui apakah ada alokasi anggaran untuk membantu nelayan.
"Sebagai ketua tim yang saya ketahui memang belum ada bantuan untuk nelayan yang terdampak pencemaran itu sampai saat ini. Nanti saya coba koordinasi dulu dengan Dinas Kelautan, apakah mereka punya anggaran untuk itu atau perlu dilakukan perubahan-perubahan," kata saat dikonfirmasi, Kamis (12/5/2022) malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.